Adalah bukan hanya perkara sebuah bangunan fisik di mana kamu tinggal.
Waktu saya dulu masih duduk di bangku sekolah dasar, definisi rumah
sesederhana itu. Tempat kamu tinggal dan berlindung dari terik panas maupun deras
hujan.
Tetapi bertahun-tahun kemudian, setelah begitu banyak hal yang
mempengaruhi pola pikir saya, setelah begitu besar perubahan lingkungan
berperan dalam alur hidup saya, ada yang menjadi lebih kompleks dari definisi
sebuah rumah.
Beberapa saat yang lalu, dalam sebuah obrolan dengan teman kantor yang
sempat pindah ke kantor cabang, dia bilang “Dulu, waktu aku sempet tugas di
Malang, aku pikir Malang itu yang akan jadi rumahku. Tetapi ternyata enggak, dan
akhirnya aku pindah di HO. Setelah sekarang di Tangerang, kayaknya ini bukan
juga yang akan jadi rumahku..”
Atas dasar apa kita bisa bilang bahwa ini itu bukan rumah kita?
Rumah itu seperti jodoh. Jodoh dalam artian luas. Jodoh untuk masa
depan, pekerjaan, lingkungan, and definitely
partner of life. Apa yang bisa kita lakukan hanya berusaha dan berdoa,
kemudian biarkan Tuhan mengeksekusi kehendakNya. Sebab pilihan Tuhan pasti akan
jadi yang terbaik bukan?
Untuk kesemua yang diberikanNya itu, kita akan rela tidak mengeluarkan
keluhan, untuk bergulat dengan rutinitas karena setiap hari kita menemukan
alasan untuk “hidup”, untuk kembali ke “rumah”, karena selalu ada limpahan kenyamanan
dan kebahagiaan yang dirasakan.
Ketika kamu sudah mulai beranjak dewasa, kamu bertanggung jawab penuh
atas hidupmu sendiri. Bukan lagi orangtua yang akan mendikte sepenuhnya. Pun
begitu dengan rumahmu. Tidak berarti selamanya “rumah“ orangtuamu akan berjodoh
dengan “rumah“mu. Itu artinya belum tentu setiap apa-apa yang ada dalam diri
orangtua akan menjadi sama dengan setiap apa-apa yang ada dalam diri kita.
Rumah itu perihal kamu membicarakan jodoh dengan Tuhan, kepada siapa
dan di mana kamu akan pulang kembali setelah berperjalanan. Tempat kamu
menetap, bukan hanya singgah. Alasan kamu bergegas kembali setelah seharian
lelah bekerja, untuk beristirahat sejenak, mengisi energimu yang telah habis,
kemudian esoknya beranjak kembali berjuang demi “rumah” yang kamu tinggali.
Karena rumah, adalah alasan kamu untuk selalu rindu pulang.
Jadi, sudahkah kamu menemukan rumahmu?
Regards,
Saya dalam usia dua puluhan yang sedang mencari alur menuju rumah.
1 komentar:
karena 'rumah' adalah alasan kamu untuk selalu rindu pulang..that sounds great..:D
Posting Komentar