Get me outta here!

Minggu, 27 November 2011

Ini yang saya dapat

Beberapa bulan terakhir ini, saya sibuk keliling instansi pemerintahan yang ada di kota semarang dalam rangka survei untuk bahan penelitian dosen saya. Jadi, berdua dengan teman saya, saya masuk ke satu dinas ke dinas lainnya untuk "berburu" responden yang dapat mengisi kuesioner yang telah disediakan.

Pada awalnya, sistem "pencarian" responden ini dilakukan melalui komunikai telepon dan email, karena dibutuhkan responden dari seluruh indonesia. Tapi ternyata ekspektasi jauh dari kenyataan, dari banyak jumlah responden yang berhasil ditelepon dan menyatakan kesediannya, ternyata hanya sedikit kuesioner yang kembali. Akhirnya kami "banting setir" dengan cara langsung mendatangi responden di sela-sela waktu kuliah kami. Saya pikir, lumayanlah buat cari pengalaman baru, biar kenal sama orang dinas (siapa tahu nantinya saya butuh beliau-beliau ini), melatih "keberanian" (intinya muka tembok aja deh, nanya sana sini, dilempar sana-sini), dan biar nggak ngendon di kampus terus di semester tingkat atas ini. Sudah cukup rasanya hampir 3,5 tahun saya berkutat di dunia perkampusan melulu, haha.

Dari hasil muter-muter kota semarang ternyata semakin membuktikan bahwa ingatan saya tentang jalanan di kota yang sudah saya tinggali kurang lebih 17 tahun ini masih cethek alias dangkal. Udah nggak keitung berapa kali saya nyasar dan nggak nemuin alamat dinas yang mau saya datengin.

Macem-macem cerita yang "aneh-aneh" udah saya dapet, mulai dari disuruh ketemu bapak ini, bapak itu, naik lantai 2, turun lagi lantai 1, balik lagi ke lantai 2, digalakin satpam, diceramahin bapak dinas, sampai dikira jualan tas gara-gara saya bawa tas buat cenderamata.

Tapi di luar itu ada beberapa sekilas percakapan yang entah kenapa sampai sekarang masih terasa menggelitik saya.

Percakapan 1

Bapak Dinas X : "mahasiswa ya dek?"

Aku : "iya pak"

B. D. X : "dari fakultas mana?"

A : "saya dari teknik pak"

B. D. X : "loh perempuan kok masuk teknik?"

A : "(memangnya perempuan nggak boleh jd insinyur?)"

Percakapan 2

Bapak Dinas Y : "mahasiswa dari jurusan apa mbak?"

Aku : "saya dari TI pak"

B. D. Y : "udah semester berapa?"

A : "semester 7 pak"

B. D. Y : "wah,udah mau lulus berarti. kalo udah lulus mau kerja di sini nggak (baca:kerja di dinas X)"

A : "(senyum2 doang)

B. D. Y : "nggak mau ya mbak? mahasiswa itu idealismenya tinggi ya. tapi biasanya setelah lulus kuliah bingung mau kerja di mana"

A : "...."

Dari semua yang udah saya alami, kesimpulan saya mengumpulkan data itu susahnya bukan main. Walaupun mungkin yang sedang saya dan teman-teman saya kerjakan sekarang memang setingkat bahan penelitian untuk disertasi yang tentu saja tingkat kesulitannya jauh di atas tugas akhir, tapi tetap saja saya jadi "deg-degan" masalah TUGAS AKHIR. Entah kenapa kepencet caps lock waktu harus ngetik TUGAS AKHIR.

Oke TA..See you soon, be nice yaa my dear, pleasee. you're my first hope to make my parents proud of me.

Kamis, 24 November 2011

November kali ini



Aku masih memilin ujung kemejaku, dan kemudian tersadar ini sudah di penghujung November.
Mungkin kamu tak tahu, bagaimana sukarnya meramu bauran rasa menjadi suatu yang terekayasa.
Aku hanya menggumam kecil, berdehem, dan kemudian yang terdengar derit perih yang menjerit.
Bisa saja kamu pikir, kataku hiperbolis.
Aku tidak mengelak..kamu tahu kenapa?
Karena ini sudah di penghujung November.
Jika sampai perpisahan mengucapkan salamnya, katakan saja, semoga masih ada November berikutnya.

-Wandhansari Sekar

Sabtu, 19 November 2011

Lihat saja, aku yang akan menang

Aku sudah bosan meracau. Dengan tidak sadar membiarkan serentet pikiranku berjalan ke sembarang arah. Sudah, berhentilah mengiba pada takdir. Bertekuk pada ego dan pengandaian seperti mereka. Mungkin aku sudah lupa rasanya menyulut nadir idealism. Atau mungkin aku sengaja mengabaikan sepetak alasan yang aku pikir sudah berubah menjadi gertakan. Barangkali memang sudah saatnya meluber tumpah, bukan karena terpeleset tapi memang aku yang diam-diam membantingnya. Akhirnya aku tetap mengendap, berpindah mengamati barisan benang ruwet yang siap menunggu giliran dibuka simpulnya. Tapi masih tetap kosong, jadi sia-sia rasanya menelan berjam-jam statistika di depanku. Cukup, dan aku tidak akan mengalah lagi. Ketika sedang payah dan tak sempat terkatakan. Bukan khayal untuk menjadi manusia tangguh.

-Wandhansari Sekar-

Sabtu, 12 November 2011

A Letter to Rain

Dear Mr. Hujan,
Kalau kau lewat malam ini
Tolong sampaikan salamku padanya
Lewat aroma basah tanah yang kau punya
Meskipun terasa terabaikan
Tapi jemu itu tak pernah singgah
pun hanya 5 detik sekalipun
Kemudian aku berkhayal dapat menahan dentang waktu
dan lagi-lagi aku teringat oleh pilu yang merindu

Sincerely,
Wandhansari Sekar