Get me outta here!

Kamis, 09 April 2015

Saya ke"hujan"an


“Kamu lagi nggak ada kerjaan ya?”, tanya saya kepada diri saya, sore itu di perpus Teknik. “Banyak. Saking banyaknya nggak tau mau mulai dari mana” jawab saya. “Come on, hari ini udah ada satu penguji yang tanda tangan di revisian kamu, walaupun harusnya total ada 4 tandatangan. Jadi saatnya kasih reward buat diri kamu sendiri, terserah mau ngapain” lanjut saya lagi. “Oke. Kalau gitu boleh tulis-tulis sepuasnya. Yang absurd pun juga okee”  jawab saya.

Siang sampai sore itu sebenernya saya lagi ngerjain matriks jarak yang nauzubillah banyaknya. Leher sampai punggung pegel-pegel semua. Somebody, please tell me..gimana cara cari matriks jarak tanpa harus mantengin google earth satu-satu. Urggh!! :(
Berhubung udah nggak kuat lagi liatin google earth, akhirnya malah ketik-ketik nggak jelas. It has been so long time yes, since I didn’t put something here *tiupin sarang laba-laba di blog*
Jadi, saya mau cerita nih. Sekitar Agustus tahun lalu, tumblrer (apalah itu sebutan yang nulis di tumblr, kalo blog kan namanya blogger) favorit eijke woro-woro di tumblr kalau mau bikin buku. Tapi self publishing gitu..jadi kita harus pre-order dulu kalau mau beli, dan pastinya bukunya nggak bisa kita dapatkan di toko-toko buku. Anak-anak yang eksis di dunia pertumblr-an pasti tau deh. Yap dia adalah KurniawanGunadi. Saya tahu doi (ahelaaah doi, hahaha) udah dari sekitar empat tahunan kali yaa, sejak awal saya bikin tumblr. Jadi ya saya lumayan ngikutin nih tulisannya, dari yang awal (kayaknya) masih nggak sebanyak sekarang yang reblog dan love postingannya, sampai sekarang yang baru berapa menit diposting aja udah ratusan yang reblog. Secara artis tumblr gitu, hahaha, sebelas duabelas sama Kuntawiaji dkk.  Dari semua posting Kurniawan Gunadi, saya merasa, “wah yang ini saya banget... yang ini juga saya banget.. yang ini juga ya.. ini setuju banget... wah iya betuuul, dan seterusnyaa~~” Pokoknya hampir semua buah pemikirannya yang dituangkan ke dalam tulisan-tulisan di tumblrnya bikin saya pengen berseru, “ini beneeer, gueeeh bangeet!!”
Sampai-sampai virus Kurniawan Gunadi ini saya tularkan ke temen-temen kuliah juga. Kalian harus merasakan ketika apa-apa yang ada dalam diri kita bisa tergambar jelas dengan lugas, lebih terasa maknanya, lengkap dengan solusi tapi tidak menggurui, walaupun kadang sepaket  dengan analogi yang bikin kita harus berpikir lebih keras lagi, penasaran, lalu menerka-nerka sendiri. Banyak sisi dari berbagai dimensi. Begitulah hidup :')
Dan ketika pre-order dibuka, saya nggak mau ketinggalan untuk ikut serta. Hujan Matahari tiba dengan selamat di kos pada Agustus 2014. Saya yang tadinya mau baca materi apa ya gitu lupa..akhirnya malah menyelesaikan buku ini dalam beberapa jam saja. Hahaha. Kumpulan puisi dan prosa dalam Hujan Matahari sukses bikin saya senyum-senyum sendiri, bikin saya nggak berhenti membuka halaman demi halaman. Nggak jarang saya balik lagi ke halaman sebelumnya untuk memastikan saya harus bener-bener paham setiap bagian. Segitunya yaah eijke *ini ngalahin baca jurnal banget ya*
Buku ini dibagi menjadi beberapa bagian, Gerimis, Hujan, dan Reda. Sebenernya saya nggak terlalu ngerti sih, perbedaan tiap bagian itu apa. Pokoknya saya sukaaa ajaa. Hehe. Bisa dibilang buku ini paket komplit kehidupan, tentang agama, keluarga, cita-cita, pertemanan, daaan uhuuk...pasangan. Dari baca tulisan Kurniawan Gunadi, saya belajar banyak hal, banyak sekaliii..saya sampai bingung menuliskannya. Hehe
Anyway, I do love this book. Much. Top ten to ten kalo kata saya maah. Banyak kalimat dalam buku yang saya stabilo-in kuning. Ada salah satu tulisan yang dari lama saya tempel di dinding kos malaaah..tulisan yang kalau saya baca sekarang-sekarang ini bikin mewek. Mungkin dulu nggak semewek ini, cuma  merasa tertampar dan tersindir. Dan sekarang menjadi merasa lebih tertampar dan tersindir lagi. Tulisan itu jadi reminder buat saya. Tetap bersyukur, meski hidup tengah tersungkur.
And, here are my favorite highlighting quotes:
"Seperti ketika aku mencintai orang di masa depan yang bahkan belum pernah aku temui. Cinta yang diwujudkan dalam doa-doa dan perbaikan diri"
"Aku bukan pilihan, aku tujuan"
"Kita dan hati kita diberikan batas pemisah oleh Tuhan, dan Tuhan yang berkuasa penuh membolak-balikkan perasaan itu dalam sekejap"
"Tuhan selalu memiliki alasan yang tepat mengapa melakukannya pada hatimu"
"Mungkin benar memang butuh seumur hidup untuk meyakinkan mereka bahwa anak perempuannya akan baik-baik berada di bawah penjagaanku"
"Kekayaan itu tidak hakiki, anakku, tapi kebahagiaan itulah yang hakiki"
"Kita tidak bisa menentukan kapan kita mati. Tapi kita bisa memilih bagaimana kita mati"
"Aku bersyukur hidup di keluarga Samudra. Saat daratan membuat orang-orang dekat kita pergi dari rumah, samudra justru menahan mereka semua untuk berada dalam satu kapal"
"Perasaanmu memerlukan pijakan, agar ia bisa berdiri tegak mesti badai memporak-porandakan hatimu"
"Tidak akan ada yang bisa merebut impian kita kecuali diri kita sendiri yang membunuhnya"
"Percayalah. Dia mungkin sedang berencana menggantinya dengan hal yang jauh lebih baik. Dia melihat usaha dan doamu, kan?"
"Dan, kita tidak perlu datang untuk orang-orang yang benci. Tidak usah pedulikan. Sebab, kita datang untuk orang-orang yang benar-benar mengharapkan kita"
"Hidup adalah masalah waktu. Bagaimana kita menjadi sebaik-baik diri kita dalam waktu yang kita miliki"
"Namun, kita banyak mempertimbangkan ketika ingin mempercayakan hidup kita kepadaNya. Banyak kekhawatiran, banyak asumsi, banyak spekulasi, dan banyak syarat yang kita buat"
"Jadikanlah impianmu sebagai pemicu pertemuan, bukan keinginanmu untuk mencari teman perjalanan dari awal"
"Ketika ada seseorang yang memiliki tujuan yang sama dengan kita, pada satu titik kita pasti akan bertemu dengannya di jalan yang sama" --> you all, for whom galau2 gimana gitu. It’s better to hold this one guys
"Jika kamu tidak berharga, Tuhan tentu tidak akan menciptakanmu di dunia ini, kamu diciptakan karena kamu berharga dan Tuhan ingin melakukan sesuatu terhadap dunia melalui tanganmu"
"Mereka yang tidak berani berkomitmen adalah mereka yang sedang berencana meninggalkanmu sewaktu-waktu"
"Bila aku menujumu, ingatkan aku untuk berpaling kepada Tuhan lewat matamu"
"Aku tinggal di bumi, tapi carilah aku di langit" --> aaaakk, ini singkat dan jleb
"Dia hanya datang menggodamu dengan mendung dan gerimisnya kemudian setelah kamu sebagai tanah gersang berharap turun hujan, ternyata dia justru turun di tempat lain" --> daaan PHP itu nyata adanya gaees
And many moooreee

Wiiih banyak juga yaa..semoga cetak ulang bukunya, supaya semakin banyak orang yang menikmati Hujan Matahari. Selamat hujan-hujanan hati yang gersang :p
bukunya sampai leceeek :(
 
PS: saya juga lagi nunggu “Teman Imaji”-nya Mutia Prawitasari, self publishing juga kayaknya. Can’t wait for enjoying that book soon :))

Mission accomplished!


Jadi ceritanya, saya udah lama banget...entah sejak kapan itu..menchallenge diri sendiri buat nyobain rasanya nonton sendiri. Bukan nonton tv loh. Nonton film di laptop bioskop. Sendirian. How do you feel, waktu orang-orang yang duduk di sampingmu, kanan, kiri, depan, belakang, nonton film dengan bergerombol atau bawa pasangan. Sepanjang film asik makan cemilan bareng atau diskusi bareng kalo nggak ngerti isi filmnya. Nah kalo sendirian? Masa iya, tiba-tiba nanya sebelah “mbak itu, kok si itu bisa mati gimana ya? Kok gitu ya? Kok gini ya? Kok bisa ya? dan sebagainya dan sebagainyaaa~~” Malu ih, nggak kenal kok nanya-nanya -_- Apalagi kata orang-orang saya tipikal berisik kalo lagi nonton film, yang dikit-dikit nanya, atau dikit-dikit kasih komentar. Ya maaap bawaan jiwa kritikus. Hahaha
Terdorong oleh rasa kesepian penasaran yang tinggi kayak gimana rasanya nonton sendirian, alhasil sekitar dua minggu yang lalu saya nekat menjejakkan kaki ke JCM alias Jogja City Mall yang XXInya baru-baru ini dibuka *berdoa semoga ada diskonan XXI, padahal ternyata harga podo waee* Sebenernya selain pengen menyelesaikan challenge yang udah bertahun-tahun lalu lamanya, didorong juga sama efek seminar proposal yang fresh from the oven juga sih.. Hawanya masih nggak tahu harus gimana habis semprop, masih drop setelah pertanyaan bertubi-tubi, masih ngefly-ngefly gitu, jadi alangkah baiknya sejenak kita lupakan tesis dan teman-temannya.
Jadi akhirnya diputuskan hari itu saya akan nonton INSURGENT, setelah sebelumnya konsultasi ke adik saya yang udah duluan nonton. Daaan itu dadakan pemirsaaah. Tetiba nggak ada angin, nggak ada hujan, tiba-tiba kebelet nonton. Malem sebelum hari H saya mendadak wasapp adek saya buat nanya enaknya nonton film apa ya besok.. Katanya INSURGENT bagus, padahal saya nggak ngikutin trilogi DIVERGENT juga. Hahaha. Akhirnya berbekal googling resensi film, yaaah sedikit-sedikit ngertilah ceritanya. Harus ngerti. *karena saya harus inget satu hal, kalo besok pas nonton saya nggak bisa nanya-nanya seenak jidat. Mau nanya ke siaapaaah -_-
Keesokan harinya, ternyata kuliah pagi saya cuma diisi setengah jam doang. Jadi saya punya cukup banyak waktu buat leha-leha dulu di kos. Padahal, rencana awal habis kuliah mau langsung cus ke JCM *ya kali mau bawa ransel gede-gede gitu di mal* Setelah saya siap-siap dari kos, tanpa membawa ransel tentunya, saya langsung meluncur ke JCM. Sungguh saya merasa direstui dalam misi kali ini. Tsaah. Berangkat dari kosan sekitar setengah 1, padahal filmnya baru mulai jam 2. Tapi waktunya udah paslah kayaknya, sekalian saya keliling-keliling juga buat nyari sesuatu. Sesuatu? Apa coba? Nggak jelas kan? Iyalah, namanya juga sesuatu. HAHAHAHA. *oke ini garing.
Sesampainya di sana, saya pikir daripada nanti antri kelamaan mendingan langsung beli tiket dulu deh. And actually I haven’t seen the cinema during my visit to JCM. Mungkin terakhir kali saya ke sana, itu XXI belum dibangun juga kali ya.  Jadi muter-muter dulu deh itu..nyariin XXI yang entah ditaro di mana. Daaaan ternyata JCM itu segede gambreng luasnya, gempor ini kaki! Oke, ini saya yang katrok, biasanya cuma liat-liat di lantai 1 dan 2. Hampir-hampir saya nanya satpam, eh ternyata ketemu juga XXI di lantai 4 atau berapa ya, lupa. Pokoknya di atas gitu, dan agak nyempil menurut saya. Berhubung di JCM masih banyak ruko-ruko yang kosong, jadi agak-agak nggak keliatan gitu.
Sampai di XXI, di luar prediksi saya..entah saya yang kerajinan dateng atau memang lagi nggak ada film bagus menurut orang-orang. Nggak ada antrian sama sekali di loket -_- Singkat cerita, satu buah tiket udah berada di tangan. Walaupun agak-agak gimana gitu waktu ditanya mbaknya “Berapa tiket mba?”, “satu mba, kok mba pake nanya sih. Nggak liat saya dateng sendirian. Nonton sendiri bukan berarti kesepian loh mba, cuma pengen mencari ketenangan aja. Habis nonton rame-rame berisik sih.. .....tapi boong :p “ *curcol nggak penting*
Karena durasi waktu yang tersedia masih panjang, muter-muterlah saya cari sesuatu. Dari lantai 4, ke lantai 3, ke lantai 2, ke lantai 1, dari sisi barat, ke utara, ke timur, ke selatan, balik lantai 2, lantai 3, lantai 4, sisi barat, utara, timur, selatan, dan seterusnya, dan seterusnya... Oke, ini jadinya kaki gempor banget dah. Sebelum masuk teater saya jajan cemilan dulu yaitu breadtalk. Ampuun, cemilannya aja roti yah. Hahaha.
Jam 2 teng, saya masuk ke dalam teater. Ternyata isinya emang nggak penuh-penuh amat, pantesan nggak ada antrian. Setelah mendarat di kursi empuk, seperti biasa observasi sekitar dulu. Sebelah saya sekumpulan abg cewek sama gengnya, alhamdulillah nggak terlalu berisik. Hehe. And the story goes on. Alur cerita film, alhamdulillah ngerti. Walaupun sedikit-sedikit harus buka hape, karena lupa apa itu Candor, Erudite, Amity, Dauntless, Abnegation. Daaan Four-nya cakeeep ya Allah *ini mainstream* Tapi Tris juga cantik sih. Yang paling agak gimana gitu, di salah satu adegan nama “Four” diterjemahkan jadi “Empat” di subtitle. Nggg, masnya cakep-cakep kok namanya Empat. Keluar dari JCM baru tau ternyata habis hujan, tapi pas pulang alhamdulillah udah reda. Kayaknya kalimat awal perlu diulang. Sungguh saya merasa direstui dalam misi kali ini
Btw, I’m happy for finishing this complete mission. Challenge accepted! Mission accomplished.
Berhubung saya udah ubek2 isi dompet bukti tiketnya nggak ketemu, pake gambar ini aja ya gantinya.