Get me outta here!

Kamis, 22 November 2012

It's not Solitary



Awalnya saya nggak tahu definisi soliter itu apa, ketika tiba-tiba adik saya bilang, "mbak kamu kok soliter banget sih". Waktu saya nanya apa itu soliter, kata dia soliter ada di buku biologinya, biasa digunakan untuk julukan hewan yang biasa hidup sendiri. Sedangkan berdasar hasil googling : hidup sendiri, secara menyendiri atau sepasang-sepasang, tidak secara kelompok (tt pola hidup organisme di alam).
Well, saya memang suka kadang jalan-jalan sendirian, entah di toko buku, mall atau manapun itu. Bagi sebagian orang (orang bisa dimaksudkan teman-teman saya) it sounds weird. Di saat cewek-cewek biasa pergi bergerombol bareng temen-temennya ato cowoknya (bahkan ke toiletpun biasanya bareng-bareng), saya justru pergi sendirian, iya SENDIRIAN, saya naik motor sendiri, jalan sendiri, lihat-lihat sendiri sampe bayar ke kasir sendiri. Haha. And I enjoyed it guys.
Sampai-sampai suatu waktu ketika saya menikmati "kesolitarian" saya di mal sendirian, temen saya tiba-tiba telepon. Waktu itu lagi padat-padatnya jadwal tes buat lamaran kerja. Setelah ngobrol lama soal apply kerjaan, tiba-tiba dia nanya, "Kamu lagi di mana sih? Kok rame banget," Saya jawab, saya lagi di mal. Dia tanya lagi, "sama siapa?." Saya jawab, sendiri. Dia bilang "hah? Kamu stres sampe segitunya ya, jalan-jaklan ngemal sendirian?" -__-
Dan karena begitu enjoynya saya, sampe suatu hari ketika saya pulang kuliah lebih awal dan ternyata rumah nggak ada orang dan terkunci rapat. Karena nggak bisa masuk rumah, dengan pedenya saya langsung meluncur ke tukang sup buah. Iya, saya lagi pengen sup buah dan nggak peduli kalo saya harus makan sup buah sendirian di tukang sup buah. Setelah beberapa menit duduk manis, langit keliatan jadi nggak bersahabat gitu, dan voilaaa, breeees hujan deres. Banget. Oke, saya kejebak ujan di tukang sup buah sendirian sambil makan sup buah. Ralat, nggak sendirian, tapi bersama dua orang yang juga lagi makan sup buah di depan saya. Iya, saya kejebak ujan di tukang sup buah dan mau nggak mau jadi nontonin orang pacaran di depan saya. And this will be complete because i didn't bring my rainy coat. Hampir setengah jam saya di situ nungguin hujan reda, setelah agak redaan saya langsung pulang. Kalo ditanya apa saya kapok pergi-pergi sendirian.Then, it will be no guys!
Pliss teman-teman, ini bukan masalah menjadi solitary, lagi stres atau malah nggak suka bergaul. Saya tetep suka main sama temen-temen, ngobrol atau makan bareng habis itu nongkrong lama sama mereka. Tapi ada saatnya saya lebih suka jalan sendiri, jadi nggak bergantung "ngrepotin" orang lain buat minta temenin. And the point is I enjoyed my quality time with myself.
Kalau ada yang bilang aneh ke cewek yang suka ngemall sendiri, menurut saya enggak banget. Saya pernah liat ada mbak-mbak cantik makan di KFC sendirian dengan santainya dan saya liat itu asik, bukan aneh. Menurut saya keren kok, kalo cewek nggak harus "nunggu" cowoknya buat nganterin ke mana-mana atau harus selalu bareng temen-temennya kalo mau ke mana-mana.
This called independent guys, not solitary. Noted that.

Jumat, 05 Oktober 2012

Bukan Rendah Diri, Tapi Rendah Hati


Setelah lulus itu freedom katanya. Iyalah, freedom dari tugas-tugas kuliah, praktikum, ngejar-ngejar dosen buat bimbingan, dan semua hal berbau kampus lainnya, yang kalo diinget-inget pas jaman dulu rasanya riweuh bgt. Dan setelah kebebasan itu, mari bersama-sama mengucapkan selamat datang kerasnya dunia dan persaingan yang sebenarnya. Saya 21 tahun dan hampir 22 tahun. Fresh graduate, dan saya sekarang berada di posisi transisi, antara lulus dan bekerja. Guess what? alusnya sih status saya jobseeker gitu. Haha. Posisi peralihan gini, serba sulit yaa..ketika saya harus ngisi form data diri untuk keperluan skck dan surat bebas napza, di situ tertulis status. Rasa-rasanya gimana gituu, masa iya mau ditulis jobseeker, atau yang frontal pengangguran (sementara). Sayangnya status kayak begituan nggak diakuin, akhirnya saya cuma kasih strip aja di isian itu, atau bisa dibilang nggak punya status.
Setelah lulus itu..rasanya maraton abis (menurut saya). Setelah sidang selesai kemarin, saya langsung dikejar deadline revisi buat pendaftaran wisuda. Oke, ini karena jadwal sidang yang terlalu mepet sama deadline sidang terakhir sih. Sekadar tips aja, do your final project as soon as possible, meski deadline pendaftaran sidang masih lama. Jadi nggak perlu ribet cari jadwal sidang, yang akhirnya malah jadi tumpuk-tumpukan schedulenya, terus dikejar deadline pendaftaran wisuda. Padahal perasaan saya udah sangat rutin melakukan "continous improvement" walaupun itu sekadar mempercantik tatanan kata, yang penting ada progress tiap waktunya *curhatan*. Seenggaknya kalian punya waktu bernafas dan santai lebih lama sambil nunggu wisuda. Kalo wisuda yang sakral itu udah selesai, welcome to the jungle for higher level. Keluar dari mulut singa masuk ke mulut buaya. Fiuuuh.
Setelah masalah administrasi di kampus beres, lagi-lagi saya dikejar waktu, ngurus segala macem persyaratan buat nglamar kerja (selain cari-cari keperluan wisuda, yg nggak terlalu penting dibahas), yang ternyata lumayan menguras waktu, tenaga, dan materi tentunya. Mulai dari ngurus SKCK yang harus diurus dari tingkat RT sampe polres, NAPZA, tes TOEFL, sampe fotokopi berkas-berkas segala macem. Actually, i want to refresh my mind for a while by didnt do anything like applied for many jobs -_- Tapi, tapi ketika semua kebanyakan orang berduyun-duyun apply ke macem-macem perusahaan dan ditambah lagi entah mengapa waktu-waktu ini ada banyaaak sekali lowongan kerjaan, saya jadi tergerak untuk mengikutinya. Honestly, i'm afraid of being unemployment for long time. Masa transisi itu keliatannya enak, tapi pikirannya ke mana-mana, capek. Lebai sih. haha
Ngomong-ngomong soal job vacancy yang saya lamar, berhubung saya "orang baru" semua-semua jadi saya daftarin. Kalap. Setelah saya baca ringkasan job description di posisi tertentu, kalo feeling saya oke,langsung saya apply. Haha. Kalau ditanya emangnya saya ga punya kriteria tertentu buat job yang pengen saya ambil. Ada sih, saya pengen kerja dengan nyaman, salary yang berkecukupan (nggak hrs besar maksudnya), domisili Jogja. Any idea? Nope. Yes, simple. And mission impossible. End. Bodoh memang, setelah saya coba browsing ternyata di area itu minim sekali peluang kerja teknik industri. Semua lowongan willing to be located in cikarang, karawang, bla3x. Previously, i never had a desire to live in around Jakarta. Kenapa? Crowded. Itu sudah cukup mewakili banyak poin-poin yang mengikutinya menurut saya. And finally, wherever i'll get a job, it was not an coincidence. God has a best plan for me.
Dan poin penting yang saya dapet selama bertahun-tahun selama pencarian jati diri ini. Tsaaah. Saya baru sadar betapa payahnya kepercayaan diri saya. Batasan masalahnya dalam hal kemampuan diri. Sometimes, i think what it will be if i cant work as well as they hope. Apalagi kalo posisinya sejenisnya Management Trainee yang kata orang prospek kerjanya cerah, "secerah" pressure dan tuntutan yang harus dihadapi. Kalo seketika kreativitas saya mampet, dan voilaa, apa jadinya project yang harus diselesaikan. Atau kalo kecepatan berpikir saya nggak bisa ngejar kecepatan berpikir mereka. Apalagi di  perusahaan-perusahaan asing yang kebanyakan teman-teman saya pengen banget bisa bergabung di dalamnya, rasanya saya justru jiper. Moreover, one of my friend in SHS had to work there, and he was so brilliant i think. Saya takut nggak bisa ngikutin ritme kerja mereka. Good. Sekali ketahuan satu kekurangan diri saya, menyebabkan komplikasi kekurangan-kekurangan lainnya.
Ibu saya pernah nanya, "kamu nggak pengen jadi staf pengajar ?". Lagi-lagi saya merasa kurang pede untuk mampu mengusai materi. Rasanya ilmunya masih kurang banyak gitu. Dulu waktu sesi interview sama interviewer yang seorang HRD, beliau juga nanya begitu, dan saya jawab, "saya merasa nggak begitu pintar menerangkan materi ke orang lain pak", dan kata beliau sambil ngebaca catatannya "nggak ada masalah kok sama hal itu"
Oh meeeen, saya tahu kok yang bagus itu rendah hati bukan rendah diri. Tapi entah kenapa saya ngrasa sering nggak pede sama kemampuan diri saya. Walaupun ada banyak catatan kekurangan di diri saya yang amat sangat perlu diperhatikan, saya juga punya beberapa kelebihan yang berperan besar untuk meminimalisir atau bahkan sedikit demi sedikit menghilangkan kekurangan saya. Tanggungjawab yang saya miliki selalu mengantarkan segala yang diamanahkan untuk dikerjakan sampai SELESAI dengan baik.
Karena Allah itu maha adil kan :)

Sabtu, 05 Mei 2012

Studying and Working with Your Passion


Akhir-akhir ini saya cukup tergelitik dengan kata passion. Passion kamu apa sih?
Tik tok tik tok..dooor. Beberapa tahun lalu mungkin saya bakal mikir lama banget kalo dapet pertanyaan seperti itu. Sama kayak pertanyaan “kamu itu sebenernya suka apa sih?” haha
Berhubung saya tipe yang moody, saya gampang merasa bosan untuk melakukan apapun. Kalo saya nggak mood belajar, saya nggak akan belajar (tsaaah…nggak mungkin belajar jadi kesukaan -_-), kalo saya nggak mood jalan, saya nggak akan jalan (jalan yg saya maksud sekadar windowshopping atau travelling).
Dan baru-baru ini saya baru menyadari, passion saya itu menulis. yak! MENULIS. Entah itu tulisan penting atau nggak, entah itu sekadar coretan abstrak atau asal ketik-ketik sesuatu di handphone. Saya bisa nulis kapanpun saya mau, nggak peduli in good mood atau bad mood. Dari SD saya udah sering menulis, bahkan saya punya satu buku tulis yang isinya khusus kumpulan puisi-pusi saya (and guess readers…isinya puisi acakadut gaya anak SD yang tentang pelangilah, bintanglah, langitlah, pokoknya tata surya komplit semuanya). Tapi not badlah..buktinya puisi yang saya buat nembus juga di majalah BOBO tuh, dua kali lagi. Waktu SD saya juga sering main surat-suratan sama sepupu saya. Eits, ini surat beneran loh, pke amplop, pke perangko, dan dikirim lewat pos. Well, walaupun sebenernya isinya nggak penting-penting banget, tapi saya suka saat di mana saya dapet balesan surat dan kemudian membacanya, membacanya lagi, dan lagi. Bahkan saya sampai (sempat) jadi filatelis segala dan pengoleksi kertas surat yang unyu abis waktu itu. Imagine that, kertas surat warna pink gambar hello kity ato tedy bear sampai kertas surat warna ijo orange kembang-kembang, saya punya semua -_-
Apalagi waktu itu saya juga jadi suka ngirimin surat ke artis cilik yang lagi booming waktu itu. Yang saya ingat, waktu itu saya kirim surat ke sherina. Yes. of course, everybody knows her. cute girl with her beautiful voice. and she was the trendsetter for others girl in that time. Kalian yang seumuran dengan saya pas tahu itu. Saya kadang masih bingung juga kalo inget betapa ngototnya dulu saya nonton film petualangan sherina terus beli-beli semua kaset, CD, atau majalah yang berbau Sherina. is it childish, isn’t? oke. Lupakan. Saya memang masih anak-anak pada saat itu. Back to the letter to Sherina. Daaan saya dapat balesan surat dari Sherina meen, dan isi suratnya ketikan (in case saya berharap dia ngebales surat saya dengan tulisan tangan dia sendiri) dan isinya nggak nyambung sama sekali sama apa yang saya tanyakan di surat saya. Berhubung masih anak kecil, saya nggak tahu kalo Sherina nggak bakal sempet bales surat nggak penting dari saya dan manajemennya yang ngurusin semua itu.
Masuk SMP……oke..kayaknya waktu SMP saya nggak produktif deh. Masuk SMA saya jadi aktif nulis lagi. Nulis diary! haha. Ababil bgt deh guee. Selain diary, saya juga mulai nulis karangan bebas, dengan bahasa yang setengah ababil gitu deh.
Awal kuliah saya terlarut dengan kesibukan sebagai the real anak kuliahan yang jauh banget dari kehidupan kuliahan yang dipertontonkan sinetron dan FTV jaman sekarang yang menye-menye dan terlalu imajinatif menurut saya, yang pulang kuliah bisa langsung jeng-jeng di mall atau kostum mereka yang lebih cocok buat pergi ke pesta. Terus habis itu lulus dengan mudahnya, dapet kerjaan, kaya raya, menikah, and happily ever after -____-
Mana gitu perjuangannya pas menuntut ilmu? Konfliknya malah cinta melulu. Hidup nggak segampang itu kalii. Awal-awal masuk kuliah bisa diitung deh berapa kali saya masuk mall, nonton film pun satu semester cuma sekali doang pas liburan. Oke. Curhat nggak penting.
Back to the reality. Pas kuliah saya udah mulai longgar, saya merasa mulai kembali menemukan passion saya. Ini karena saya nggak sengaja nemu tumblr orang yang tulisannya menurut saya sejalan dengan pemikiran saya. Yes, she did inspired me. Saya mulai buka lagi deh tulisan-tulisan jadul saya yang bikin saya ngakak dan bahkan saya lupa pernah menulis seperti ini.
Tuh kan..terbukti tulisan itu rekaman memori dalam aksara. Ingatan manusia ada batasnya, dan dengan tulisan sedikit membantu saya mengingat apa yang dulu pernah saya lakukan. Kalo kata Pramoedya Ananta Toer “Menulis adalah bekerja untuk keabadian”

Daan lagi-lagi gara-gara prolog tulisan ngaco yang terlalu panjang lebar, saya jadi lupa inti postingan yang mau saya buat.
Belajar dengan passion. Kalo ditanya apa saya belajar sesuai dengan passion saya sekarang..saya akan jawab iya. Belajar itu nggak melulu dengan pendidikan formal kan. Saya memang suka nulis, tapi bukan berarti saya harus masuk sastra -_- Saya bisa belajar dari mana aja, baca, blogwalking atau membuat tulisan yang mungkin sedikit nggak bermutu (dan semoga lama-lama naik level kemutuannya.amin). Kalau kuliah saya sekarang? Well, awalnya…ehem..sedikit berat nampaknya membuka tabir lama. Tapi saya cukup menikmatinya, kalau sama sekali nggak ada passion, mana mungkin saya bisa bertahan sampai semester 8 ini.
Menurut saya, orang yang bisa belajar dan bekerja dengan passion itu so lucky bangetlah. Hidup memang nggak bisa dinilai dari materi, tapi kepuasan batinnya. Tiba-tiba saya kepikiran ini gara-gara liat guru les gitar saya, menurut saya dia itu lucky passionholic. Haha. Pendidikan formal, hobi, sampe kerjaan sama semua. Kerja nggak berasa kerja kali yaa, mungkin berasanya main-main gitu, secara itu hobi dia. Udah gitu dapet duit lagi. Tapi sih..hidupnya mungkin datar-datar gitu, nggak bakal jauh-jauh dari alat musik, kurang berwarna gitu #stop #nampaknyasayasirik
Saya pernah ikut acara offair Kick Andy yang membahas tentang lentera jiwa.
LENTERA JIWA adalah PASSION. Hal yang sangat kita sukai. Suatu pekerjaan atau kegiatan yang menimbulkan kepuasan tersendiri bagi kita, meskipun seringkali menguras waktu dan tenaga.
Intinya ikutilah passionmu. Menurut Rene Suhardono yang jadi bintang tamu acara itu, “Your Passion is not what you’re good at, It is what you Enjoy the most”. Bekerja tanpa Passion = Bekerja tanpa Karya !"
Jleeeb. Ngena banget.
Saya akan menikmati setiap fase dalam hidup saya, skenario Allah itu indah teman.
No passion, no pleasure, then where will you bring your life?

Jumat, 27 April 2012



I like the way you give your attention that was hidden in your jokes
I like the way I swing my hand then put your name on my paper
I like the way you laugh for the silly things that I've done
I like the way you ask my day last night
I like the way you answer my questions that other people may usually said "is that important?"
I like the way we speak each other, although for unimportant things
I like the way you guess everything about me that may be no one knew it
I like the way you pushed my mood then make me smile again
I like the way I learned every little things from you
I like the way we told our future plan each other then we promised to realize them together
I like the way you had to queue only to get ticket for watching film that I want to so much
I like the day when we were going out together, though only walking around for a few times
I like the day when you stayed to help me to do my boring assignments
Maybe you never know, this alphabets dances because of you
Yes, we've trapped in our comfortable zone :|

Dear you, can we have a special lunch together this afternoon?
Sincerely, me
J hate how it feels, starting right now :|
Anyway, I still like your  way for giving me many more colors

Kamis, 08 Maret 2012

Secangkir Kopi, Hujan, dan Kamu


Dear kamu,

Tahukah kamu?

Terkadang pikiranku bermain dalam sela menembus diamku.

Kemudian mengamati gambar kita menikmati kopi favoritmu sembari mendengar irama gertak hujan.

Tanpa krim katamu lima menit lalu, tapi sekarang garis di wajahmu berkata terlalu pahit sambil tetap menenggak kopimu.

Aku terbahak, kamu meringis memperlihatkan deretan gigimu yang berbaris rapi.

Tak pernah berubah, lebih dari sekedar manis kataku.

Mungkin itu sebabnya kamu mampu menahan pekatnya rasa, lewat senyummu, dan aku sudah hafal itu. Haish..

Tahukah kamu?

Aku tidak pernah bosan menikmati hujan bersamamu.

Dengan semua caramu membuatku berderai tawa.

Dengan tingkahmu yang membuat aku berharap terlalu meletup-letup tentang kita.

Tidak sekedar jatuh ke tanah seperti air hujan kesukaanmu, tapi menembus doa yang kuramu lalu teraduk rindu.

Tahukah kamu?

Sesekali ingin rasanya aku belajar melafal mantra millikmu.

Agar bukan hanya hatiku saja yang berderak.

Tapi katamu tak perlu, hatimu akan selalu berkata aku tanpa rapalan apapun. Haishh..

Ingatkah kamu?

Aku sempat bilang hanya cinta pada mendung dan terlalu repot dengan tirta.

Tapi kini aku rindu hujan, rindu untuk menumpahkan lukisan tentangmu.

Aku tergugu, erat mengatupkan jemari pada secangkir kopi hangat favoritmu.

Ah, aroma kopi dan basah tanah, perpaduan yang pas menurutmu. Kalau katamu lebih dari sekedar manis.

Seperti kamu dalam memoarku.

5 menit saja, atau kalau boleh aku minta satu jam lagi..berharap hujan kali ini dapat menahanmu lebih lama untuk tidak pergi.

Sincerely,

Wandhansari Sekar