Get me outta here!

Senin, 07 Oktober 2013

Rumah.

Adalah bukan hanya perkara sebuah bangunan fisik di mana kamu tinggal.
Waktu saya dulu masih duduk di bangku sekolah dasar, definisi rumah sesederhana itu. Tempat kamu tinggal dan berlindung dari terik panas maupun deras hujan.
Tetapi bertahun-tahun kemudian, setelah begitu banyak hal yang mempengaruhi pola pikir saya, setelah begitu besar perubahan lingkungan berperan dalam alur hidup saya, ada yang menjadi lebih kompleks dari definisi sebuah rumah.
Beberapa saat yang lalu, dalam sebuah obrolan dengan teman kantor yang sempat pindah ke kantor cabang, dia bilang “Dulu, waktu aku sempet tugas di Malang, aku pikir Malang itu yang akan jadi rumahku. Tetapi ternyata enggak, dan akhirnya aku pindah di HO. Setelah sekarang di Tangerang, kayaknya ini bukan juga yang akan jadi rumahku..”

Atas dasar apa kita bisa bilang bahwa ini itu bukan rumah kita?
Rumah itu seperti jodoh. Jodoh dalam artian luas. Jodoh untuk masa depan, pekerjaan, lingkungan, and definitely partner of life. Apa yang bisa kita lakukan hanya berusaha dan berdoa, kemudian biarkan Tuhan mengeksekusi kehendakNya. Sebab pilihan Tuhan pasti akan jadi yang terbaik bukan?
Untuk kesemua yang diberikanNya itu, kita akan rela tidak mengeluarkan keluhan, untuk bergulat dengan rutinitas karena setiap hari kita menemukan alasan untuk “hidup”, untuk kembali ke “rumah”, karena selalu ada limpahan kenyamanan dan kebahagiaan yang dirasakan.

Ketika kamu sudah mulai beranjak dewasa, kamu bertanggung jawab penuh atas hidupmu sendiri. Bukan lagi orangtua yang akan mendikte sepenuhnya. Pun begitu dengan rumahmu. Tidak berarti selamanya “rumah“ orangtuamu akan berjodoh dengan “rumah“mu. Itu artinya belum tentu setiap apa-apa yang ada dalam diri orangtua akan menjadi sama dengan setiap apa-apa yang ada dalam diri kita.

Rumah itu perihal kamu membicarakan jodoh dengan Tuhan, kepada siapa dan di mana kamu akan pulang kembali setelah berperjalanan. Tempat kamu menetap, bukan hanya singgah. Alasan kamu bergegas kembali setelah seharian lelah bekerja, untuk beristirahat sejenak, mengisi energimu yang telah habis, kemudian esoknya beranjak kembali berjuang demi “rumah” yang kamu tinggali.

Karena rumah, adalah alasan kamu untuk selalu rindu pulang.
Jadi, sudahkah kamu menemukan rumahmu?

Regards,

Saya dalam usia dua puluhan yang sedang mencari alur menuju rumah.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

karena 'rumah' adalah alasan kamu untuk selalu rindu pulang..that sounds great..:D