Get me outta here!

Jumat, 11 Desember 2015

Milestone kesekian



We never know what will happen in a second. Like I am. A few weeks ago was one of my big day, the day that i have to defend my master thesis.

Akhirnyaaaa, setelah hampir 2 tahun kembali duduk di bangku kuliah, tiba juga waktunya sidang akhir pendadaran yang seolah jadi penanda gerbang kelulusan. Setelah hampir setahun saya bergelut dengan segala hal yang berkaitan dengan penelitian tugas akhir, 23 November kemarin tiba juga waktu untuk mempertanggungjawabkan apa yang sudah saya kerjakan untuk penelitian di depan dosen-dosen penguji.
Daaaaan..singkat cerita, nggak sampai 1,5 jam di dalam ruang sidang, alhamdulillah lulus dengan revisian. Beberapa pertanyaan saya nggak bisa jawab, beberapa pertanyaan dijawab pake mikir lama, beberapa pertanyaan dijawab muter-muter dulu, beberapa pertanyaan dijawabnya harus diarahkan dosen dulu *akuhparahbanget* Hahaha..but it doesn’t matter anyway. Saya udah berusaha dan berdoa sebelumnya, hasil akhirnya serahkan sama yang di atas. hehehe
Apa yang saya lakukan selama hampir setahun untuk penelitian terbayar sudah. Mulai dari survei keliling Jogja sampai Klaten sambil bawa-bawa peta sendirian, ditawarin MLM gara-gara buka peta di tengah jalan, keluar masuk perusahaan-perusahaan, dinas-dinas, kantor gubernur, pustral sambil bawa-bawa proposal, dan lain sebagainya.


muka-muka fresh from the oven habis ujian

it has been 6 years (and still counting~) since i learn for industrial engineering

bukan dari teknik mesinnya, cuma numpang foto aja

Lalu..saya jadi flashback yang dulu-dulu. Februari 2014 pertama kalinya datang ke Jogja sebagai mahasiswa. Setelah pake acara galau-galau dulu soal mau lanjut sekolah lagi.
Terus..sekarang bahas yang seriusnya. Total SKS yang harus diselesaikan selama 4 semester sebanyak 44 SKS.Detail mata kuliah yang saya ambil di antaranya :

  • Semester 1 : Asas Teknik Industri, Metodologi Penelitian, Komputasi dan Pemrograman, Pemodelan Sistem; masing-masing 3 SKS
  • Semester 2 : Optimasi, Statistika Lanjut, Otomasi Sistem Manufaktur, Manajemen Proyek Lanjut, Teori Keputusan Lanjut, Data Mining; masing-masing 3 SKS 
  • Semester 3 : Teknik Rantai Pasok, Metaheuristik; masing-masing 3 SKS
  • Semester 4 : Tesis; 8 SKS

Saya...speechless mau nulis apa lagi. Saya cuma mau nulis aja, biar momen ujian akhir ini, yang jadi salah satu milestone di hidup saya nggak jadi lupa gitu aja. Biar saya inget, saya pernah sejauh ini melangkah. Huft, menye-menye.

Apalagi kalau ditarik mundur ke belakang lagi, 2008 yang lalu waktu saya masih awal jadi mahasiswa baru S1, masih alay-alaynya nulis blog, masih galau-galaunya gara-gara nggak diterima di universitas idaman. Singkat cerita, saya bisa menerima dan bertekad menjadi sebaik-baiknya yang saya bisa di manapun saya berada untuk belajar. Akhir 2013,  entah bagaimana setelah memutuskan keluar dari kerjaan pada saat itu, Allah swt ternyata kasih saya kesempatan untuk kuliah di kampus yang dulu pernah menolak saya mentah-mentah. Hahahaha.
Tuhan suka bercanda ya? The best God joke ever. Malu sendiri rasanya dulu sering bertanya-tanya kenapa doa saya nggak dikabulkan, kenapa kerja keras saya terasa sia-sia. Ternyata doa saya bukannya nggak dikabulkan, tapi ditunda karena memang belum waktunya... Dan nyatanya saya justru mendapat lebih dari apa yang saya minta sebelumnya.
We never know what might be happened tomorrow..but God knows the best. Huft, ini lebih menye-menye.

Setelah ini saya akan kembali memulai satu fase baru dari awal *bentangkan dreamboard lebar-lebar* Deg-degan sih, agak takut kalo kenapa-kenapa..but they convince me that this is gonna be allright. Sudah cukup saya berada di zona nyaman sebagai mahasiswa di Jogja. Hahaha

Btw, malam ini harusnya saya nyicil packing barang-barang yang harus dibawa pulang ke Semarang..tapi males. Tinggal menghitung hari saya hengkang dari Jogja, kota yang udah jadi rumah kedua buat saya, yang dari awal saya datang, saya nggak pernah merasa asing sama kota ini, saya merasa diterima sepenuh hati *oke ini lebay*
This 2 years full of things related to you..I couldn’t say anything, yet I really felt a sincere kindness.  Still being a good partner, still being a humble friend, for everyone that came over to see you.
Sebab kata Joko Pinurbo, Jogja terbuat dari rindu, pulang, dan angkringan. Sebab itu di setiap sudutnya ada memorabilia yang menunggu, ada kenang yang terulang menjelang petang, dan ada syukur yang dirayakan saat semesta mengizinkanmu kembali datang.

Yogyakarta, 11 Desember 2015.
Postingan ngalor ngidul tiba-tiba tanpa editing karena di luar hujan.

Sabtu, 21 November 2015

Those moments





Kamu dengan tas di punggungmu berjalan menghampiri saya dengan sedikit terengah-engah, mengagetkan saya tiba-tiba di tengah keasikan bengong sendirian. “Boleh duduk sini?” tanyamu. Saya yang masih dalam keadaan terkejut nggak percaya, cuma mengangguk saja. Kamu duduk di sebelah saya, lalu meletakkan tas punggungmu di bawah. Saya mengamatimu diam-diam. Pagi-pagi udah ngos-ngosan begitu, habis ngapain ya? lari? sepertinya buru-buru sekali, batin saya.
Jeda beberapa menit kemudian bus berjalan, saya diam, kamu juga. Saya melempar pandangan ke luar jendela seperti biasa. Entah apa yang ada di pikiranmu saat itu. Kalo yang ada di pikiran saya sih, kok bisa ya jadi pulang bareng, jadi bisa se-bis, jadi bisa sebangku? Padahal nggak lagi janjian juga. Beberapa hari lalu saya memang sempat bilang, “aku pulang Jogja lagi besok selasa, mau bla bla bla..”, lalu kamu menimpalinya dengan “aku juga pulang Jogja hari selasa, soalnya mau bla bla bla”. Itu beberapa hari lalu. Beberapa hari lalu kami sepakat pulang hari Selasa, tapi nggak janjian juga jam berapa. Beberapa hari lalu sebelum akhirnya ada awkward moment antara saya dan kamu, setelah kalimat penolakan yang saya utarakan beberapa hari lalu juga.

 “Aku belum selesai sama diriku sendiri” kata saya, yang sekaligus jadi tameng, saya nggak yakin kamu beneran suka sama saya, kamu mau jadiin saya pelarian ya? hah? maaf ya, saya nggak akan tertipu. Saya tahu kamu baik, tapi saya juga tahu berpindah ke lain hati nggak pernah semudah itu. Entahlah, menurut saya kesannya buru-buru. Lalu tiba-tiba kami bertemu dalam perjalanan yang sama kembali. Di hari Senin. Ya, mendadak saya harus kembali ke Jogja lebih cepat satu hari karena keperluan  tiba-tiba. Lalu saya bertemu denganmu dalam bus yang sama, di bangku yang bersebelahan pula.
“Katanya pulang hari Selasa, kok jadi Senin?” tanya saya buka suara. Kamu tersenyum, “Ada perlu tiba-tiba,” katanya. “Oh,” kata saya menimpali sambil berpikir keras kenapa kebetulan bisa terjadi.

Beberapa waktu kemudian setelah keadaan di antara kami membaik, dia bercerita, “Sebenernya waktu kita tiba-tiba bisa bareng pulang ke Jogja tanpa janjian pas itu..awalnya aku nggak bener-bener ada keperluan tiba-tiba. Walaupun nggak tahu kenapa, pas di tengah jalan dapet kabar ternyata aku memang harus pulang hari itu, jadi beneran ada perlu tiba-tiba,” katamu setengah tertawa. “Jadi sebenernya, malam sebelumnya aku mimpi kamu nggak jadi pulang hari Selasa, tapi hari Senin jam 7 pagi. Akhirnya buru-buru bangun dan ngejar bus jam 7 pagi sambil lari-lari,” katamu serius. Saya diam saja, antara percaya nggak percaya.
========================================================================
Saya nggak tahu kenapa, tapi seringnya saya mengalami hal-hal yang berasa kebetulan banget sama kamu. Saya tahu, nggak ada yang namanya kebetulan..jalannya begini ya karena memang sudah diatur sama yang di atas. Bahkan jauh sebelum kamu menyadari perasaanmu, “kebetulan” antara saya dan kamu sudah beberapa kali terjadi. Ketika akhir tahun lalu Bapak sering bolak-balik masuk rumah sakit, entah kenapa selalu ada momen kamu menghubungi saya dan menanyakan keadaan Bapak di waktu Bapak memang sedang opname. Padahal pada saat itu kami nggak dekat, nggak dekat banget malah. Nggak pernah ada basa-basi, menghubungi kalau memang ada keperluan penting saja. Tapi tidak pada saat itu. Kamu selalu menyempatkan datang menjenguk Bapak. Saya nggak curiga. Kamu juga (mungkin) belum ada rasa apa-apa.
========================================================================
“Pake handphoneku dulu aja, nggak aku pake. Paket internetnya diisi provider lain, sinyalmu di kos kan jelek banget. Biar gampang dihubungin. Hehehe,” katamu suatu hari. “Enggak mau,” kata saya ketus. Handphone saya masih belum dual sim, dan sinyal providernya ngehe banget di kos. Bikin saya susah dihubungin. Padahal pake yang sinyalnya lancar aja saya slow response banget, pfffft. Saya masih dingin ke kamu pada saat itu, beberapa wasapp masih diread saja, beberapa dibalas dengan emote jempol saja, beberapa di-endchat, beberapa dibalas berjam-jam kemudian *kibasrambut* Beberapa waktu kemudian handphone saya mati mendadak, purna sudah tugas si handphone sebagai penghubung saya dengan informasi-informasi dunia luar *huftbete*akukenabatunya* Akhirnya saya terima tawaran kamu untuk memakai handphonemu sementara, berhubung saya nggak mau ketinggalan info-info penting. Dan eurekaaa..dari situ saya merasa menjadi beberapa langkah lebih dekat dengan kamu. Kenapa? saya juga nggak tahu.
========================================================================
“aku tanya ke ibu dulu ya,” kata saya ketika kamu bercerita panjang lebar tentang perasaanmu setelah sekian kali. “iya, ridho Allah swt, ridho orangtua,” balasmu. Dan...saya lupa, saya nggak benar-benar menyempatkan waktu untuk bertanya serius ke Ibu. Sampai akhirnya Ibu sendiri yang menanyakannya ke saya, membahas banyak hal yang sudah sering saya bahas denganmu tapi berakhir dengan saya yang keras kepala. Dear captain, the universe totally stand up for you. Saya jadi tahu kalau saya salah, kalau kepala saya sekeras batu, kalau kamu butuh kesabaran ekstra untuk menghadapi saya.
Sampai perlahan-lahan saya berani menumbuhkan keyakinan, kalau segala kebetulan-kebetulan ini adalah sebenar-benar rencana Tuhan. Termasuk saat suatu hari kamu minta izin ke orangtua saya untuk memperkenalkan saya ke keluargamu. Saya nggak berani menatap mata Bapak saat itu. Saya tahu perasaan Bapak saat itu pasti campur aduk. Seperti diingatkan kembali bahwa putri pertamanya sudah cukup dewasa untuk menentukan pilihan hidupnya. Tapi Bapak, sebagai laki-laki yang paling bertanggungjawab atas putrinya, masih dalam kondisi sakit dan susah payah untuk melakukan apa-apa.
That day really we got the moment, much bliss and joy. My sincere gratitude to You, my Lord. Entah bagaimana saya merasa dimudahkan, kamu mengenal keluarga saya dan sebaliknya. Hari itu Ibu saya ulangtahun, dan membawa kamu ke depan Ibu untuk jadi teman ngobrol, teman diskusi, teman curhat, dan lain sebagainya (yang mungkin saya nggak bisa), bisa jadi adalah kado yang berkesan untuk beliau. Hehehe.
========================================================================
Banyak “kebetulan-kebetulan” sepele lainnya yang saya alami. Termasuk saat saya lagi pengen aja kasih breadtalk buat kamu di H-1 ujian pendadaranmu. Ternyata momennya pas banget untuk meredam rasa lapar sementara, waktu kamu jadi sedikit emosional karena makan malam tertunda akibat harus benerin kacamata tiba-tiba. Atau pas banget momennya buat sarapan hari H karena kamu nggak sempet sarapan nasi akibat banyak  keperluan-keperluan mendadak. Waktu saya kasih sweater rajut juga gitu, ternyata pas juga sama kamu yang katanya juga lagi mau cari sweater rajut.
Mungkin yang saya rangkum ini kebetulan momen yang lagi pas-pas aja..mungkin banyak yang nggak pas juga, tapi nggak saya gubris sema sekali. Hehehe.
I have no words to say, but I am truly thankful for your courage, kindness, goodness, and all that you do. Bukan cuma buat saya, tapi juga buat Ibu, Bapak, dan dua adik perempuan saya. You have touched my life deeply.

Yogyakarta, H-2 ujian pendadaran.
Deg-degan mau ujian tapi bosan

Senin, 21 September 2015

Almost 25

Randomly she asked me unexpected question this morning, “jadi kamu sebenernya sama mr. X itu gimana?”. She is my mother. Jedeerrr jedeerrrr!!!  I was just smiling like an idiot, “ya gitu, nggak gimana-gimana, hehehe”

Taking seriously or not at allshe said again. Jedeerrr jedeerrrr!!! I was just smiling like an idiot for the second times, “aku nggak main-main...” *sambil memilin ujung baju* Seems took less care if i have a crush on someone, but trully she keeps her mind on me.  Termasuk diam-diam mendengarkan ketika si adik mulai bergosip tentang saya.
..*taking a deep breath* I really didnt mean to be a cruel one for the sake of ours.  

“terus temen-temenmu udah tahu?” she asked me again. Saya geleng kepala. “temen-temennya?”, “ada beberapa yang tahu”
“harusnya kamu kenal orangtuanya juga. udah pernah ke rumahnya?”
Jedeerrr jedeerrrr!!!  *udah nggak bisa senyum lagi*
“udah pernah diajak, tapi nantilah..”
--dear captain, i bet you must be laugh harder and harder when you read this unimportant note. i absolutely lost---

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sebenernya ini bukan saya banget yang mau tulis-tulis beginian di sini, jadi semacam curhat terbuka *semoga nggak ada yang baca* Tapi berhubung saya udah janji mau cerita dan ternyata saya nggak sampai hati dan angkat bendera putih kalau harus ngomong langsung jadi akhirnya dicatatlah di sini. Nanti keburu lupa kata kamu.
Sebenernya saya masih antara percaya nggak percaya sih apa yang sudah saya alami sejauh ini. Banyak hal yang bikin saya jadi sering skeptis soal cinta-cintaan *oh maaaan, sumpah ini saya nggak lagi galau. nulisnya aja sambil senyum-senyum nggak jelas*
Bukan cuma dari diri sendiri, tapi lihat dari sekitar juga, banyak sakit hati, banyak patah hati, banyak yang deketnya sama siapa, jadian sama siapa, nikah sama siapa, banyak cerita unfinished business, banyak iseng nggak jelas, banyak berantem nggak jelas, dan lain-lain yang bikin saya jadi males sendiri. Atau karena sudah terlanjur, terlalu lama sendiri, bisa-bisa jadi jomblo perak. Ulangtahun ke 25 masih single aja. Wkwkwkwkkwk.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“loh emang kenapa?”
“hmmm..nggak ngerti bu, awalnya juga deketnya bukan sama aku. entah gimana kok bisa jadinya begini. hahahaha. bla bla blaa.......”

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Saya termasuk penganut paham pindah ke lain hati nggak akan pernah bisa jadi semudah itu. Makanya saya sering nanya, ‘kamu serius? ‘ atau ‘ini bukan karena kamu kesepian kan?’ atau ‘mungkin kamu salah menafsirkan perasaan’ atau yang ekstrim ‘ini bukan karena pelarian kan?’ Hahahaha. Dan kamu selalu punya jawaban atas semua itu..but somehow..sometimes, still im not sure that the person is you

Beberapa waktu lalu saya pernah tulis di tumblr begini, ‘i wish i have a serious one. but im not sure that im ready for that kind of relationship yet
Saya selalu berdoa supaya dikuatkan hatinya, dijaga hatinya biar nggak mudah meleleh untuk seseorang ketika saya memang belum siap. I have to finished many things, many business, by myself, before allow someone to take a part in mine. though just a little bit.
Biar egois saya habis dulu kata orang-orang. Kalau kata kamu sih urusan nggak akan pernah ada habisnya, kenapa nggak dijalani bersama, dengan dijalani berdua menjadi lebih ringan harusnya.
Mungkin kamu lupa, prakteknya dua kepala yang berbeda lebih sulit mengeluarkan kata sepakat bersama. Hahahaha.

Saya tahu ketika memutuskan akan melakukan apapun itu, selalu ada resikonya. Termasuk ketika jatuh cinta harus sepaket dengan siap sakit hati. Hahahaha
then..am i just afraid of feeling hurt?

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lalu seperti diingatkan kembali tadi pagi lewat pertanyaan ajaib tiba-tiba dari ibu.
i almost turn 25. am i really not ready yet?
Kadang saya jadi bertanya ke diri sendiri, “apa iya kamu beneran belum siap? udah mau 25 loh”
*yang lain udah ada gandengan, udah sebar undangan, udah married, udah bawa anak, udah mikir KPR, saya udah ngapain aja yaa... duh Gusti...kemudian pingsan*
 
Welcome soon 25, I wish you totally throw away your skeptical.
your life is yours *self reminder. again*
*yaampuuuunn ini kok kalo dibaca lagi rasanya menye-menye bangeeeet. pfffft.
anyway, terimakasih udah sering bikin saya ketawa, jadi lupa kalo lagi sedih. hahahaha. maafkan mood swing yang nggak kenal waktu dan kondisi ini.