Get me outta here!

Sabtu, 23 Maret 2013

Each of you is a life traveler.


Hello blog,
It has been so long long time not to write something here.
Tahun ini saya genap 22 tahun. Ternyata banyak hal yang nggak saya rasakan sesuai sama tebakan-tebakan saya dulu tentang seorang wanita 22 tahun. Betapa saya dulu merasa (read: menebak) mereka begitu “spesial”nya. Nyatanya yang saya rasa sekarang biasa saja.
Akhirnya status menggantung setelah menyelesaikan tugas sebagai mahasiswa S1 berganti juga menjadi “bekerja”.  Setelah perburuan ke berbagai perusahaan, yang tentunya menyisakan bermacam pengalaman, tak lupa juga cukup menguras kantong dan meneteskan peluh. Untung nggak sampai mengeluarkan air mata. Haha. Tapi yang paling mengena buat saya adalah ketika saya berkali-kali mati-matian berusaha buat nggak mabuk di dalam bus, karena perjalanan buat tes harus saya lalui sendiri. How hard it is.
But, I really enjoyed this phase. Saya menikmati perjalanan bolak-balik saya, Semarang-Jogja, atau kota-kota lainnya ketika kadang seleksi tahapan akhir harus dilaksanakan di head office perusahaan tersebut. Dari  sisa-sisa ingatan saya, saya mau mereview tes-tes seleksi masuk perusahaan yang pernah saya ikuti. Biar bisa tetep diinget buat cerita di hari tua nanti :p
1.      1. PT. AISIN
Perusahaan manufaktur sekaligus perusahaan perdana yang saya ikuti proses rekruitmennya. Saya mendaftar proses rekruitmennya sekitar bulan Juni-Juli 2012 di kampus Jurusan saya.  Waktu itu saya bersama rombongan sekampus lainnya (read:teman-teman jurusan seangkatan) dalam posisi belum lulus Saudara-Saudara. Lebih tepatnya on the way untuk lulus. Niat saya waktu itu sederhana, untuk mengasah kemampuan saya dalam proses rekruitmen kerja, biar nanti ketika saya benar-benar dihadapkan pada keharusan untuk bekerja, saya nggak akan kaget dengan tes-tes yang harus saya kerjakan. Posisi yang saya incar waktu itu adalah Quality Assurance (walaupun pada akhirnya sepertinya saya dan rombongan diarahkan untuk posisi Marketing). Tahapan proses rekruitmennya mulai dari psikotes, interview psikolog, interview HRD, interview BOD (Board of Director), interview user, dan yang terakhir medical check up. Psikotes perdana yang saya ikut dalam proses rekruitmen kerja ternyata nggak jauh beda sama psikotes yang dulu pernah saya ikuti waktu SMA, bikin gambar-gambar, deret angka, tes Pauli dan lain sebagainya. Untuk tahap psikotes dan interview psikolog dilaksanakan di undip.Dan hasil dari serangkaian tahapan tes rekruitmen tadi, saya dan serombongan cewek-cewek seangkatan sejurusan (dan sama-sama belum lulus tentunya)  harus berangkat ke Jogja buat tahapan selanjutnya, interview HRD. Dua hari sesudahnya diumumkan kembali  bahwa kami lolos untuk maju ke interview BOD. Ini pengalam pertama saya interview kerja, dan alhamdulillah justru nggak terlalu deg-degan, mungkin karena waktu itu dalam posisi “belum terdesak” untuk segera mendapat pekerjaan. Jawaban-jawaban interview juga polooos banget, khas mahasiswa. Haha. Yang paling saya inget adalah pertanyaan waktu interview direksi.
Salah satu BOD  : “Kamu udah punya pacar belum?” 
Saya                       : “Belum pak”
Salah satu BOD  : “Kok bisa belum?”
Saya                       : “Yaaah, memang belum ada yang cocok sih pak”
Salah satu BOD  : “Kok bisa belum ada yang cocok?”
Saya                       : “Yaah, emang gitu pak..belum ada yang cocok kan nggak bisa dipaksain”
Salah satu BOD  : “Emang kamu nyarinya gimana?”
Saya                       : “Saya nggak pernah nyari pak..”
Salah satu BOD  : “Oh pasti kamu maunya dicari yaa...Hahahahaha” (dan serempak semua BOD ini menertawakan saya semua)
Sampai tahapan BOD ini saya gagal dan nggak lanjut ke tahap selanjutnya.
2.       2. P&G
Ini perusahaan FMCG pertama yang saya ikuti proses rekruitmennya. Saya apply via ECC online dan tes awalnya dilakukan di Yogyakarta. Kecanggihan teknologi saat ini amat sangat memudahkan kami para jobseeker, dengan sekali klik saja panggilan kerja bisa di mana-mana. Nggak kebayang rasanya kalau sampe harus jalan keluar masuk dari satu perusahaan ke perusahaan lain sambil bawa stopmap yang isinya surat lamaran kerja dan CV yang sering kita lihat di TV.
Tes pertama  yang harus diikuti di P&G ini sejenis tes Potensi Akademik tapi dengan tingkat kesulitan yang cukup tinggi dan in english. Wajarlah, karena perusahaan besar dengan skala internasional. Kemudian ada juga tes via onlinenya. Dan dari awal saya udah nggak lolos tes.
3.       3. Astra International ->> Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN)
Saya apply Astra International juga melalui ECC online dengan panggilan tes di Jogja. Tahapan tes pertamanya yaitu psikotes, yang cukup banyaak dan menyita waktu cukup lama, dan cukup sulit untuk saya yang merasa nggak bisa ngerjain, dan dengan peserta yang cukup banyaaak pula. Sempurna. Tapi setidaknya menurut saya, psikotes Astra ini cukup melatih saya dalam pengerjaan psikotes-psikotes lainnya. Haha. Ternyata dari hasil peserta yang lolos psikotes tidak semua diarahkan “lolos” menjadi karyawan Astra International, tapi “dialihkan “ ke “anak-anak” Astra yang lain, seperti Toyota Astra Motor (TAM), Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMIIN), dan Astra Otoparts (AO). Termasuk saya, yang dialihkan ke TMMIN. Sehingga untuk tahapan selanjutnya saya melanjutkan seleksi untuk TMMIN. Tahapan selanjutnya, yaitu psikotes tahap 2. Kami harus mengerjakan gambar-gambar seperti biasa dan tes Pauli. Hari itu juga langsung diumumkan peserta yang lolos untuk tahapan selanjutnya. Saya dinyatakan lolos untuk maju ke tahapan interview HRD atau psikolog, entahlah saya lupa. Beberapa minggu setelah itu, via email diumumkan bahwa saya gugur pada tahapan tersebut.
4.       4. Toyota Auto 2000
Panggilan lagi-lagi datang melalui ECC online di Jogja. Tahapan tes pertama Toyota Auto 2000 ini yaitu psikotes. Yang paling saya ingat saat psikotes ini adalah dari sekitar 80 peserta, jumlah perempuan yang ikut tes hanya sekitar 5-6 orang, dengan 3 orang di antaranya termasuk saya dan 2 orang teman kuliah saya. Dalam pikiran kami pada saat itu adalah salah ikut tes nih kayaknya, pasti yang dicari cowok-cowok. However, we still try our best, itung-itung latihan psikotes (padahal sudah berapa kali psikotes yang kami ikuti -_-). Akhirnya, kami (read:saya dan teman-teman kuliah saya yang cewek, cewek-cewek tangguh) lolos psikotes juga, dan langsung mendapat jadwal interview HRD esok paginya.
Dari sekian interview HRD, saya paling berkesan sama ibu-ibu yang interview saya waktu ini. Kesan pertama saya lihat, cantik, rapi, dan smart. Sangat smart menurut saya. Ibu HRD yang interview saya ini bener-bener bisa mengupas habis Laporan Kerja Praktek dan Tugas Akhir saya, padahal jelas-jelas bukan bidangnya. Bahkan yang saya nggak pernah kepikiran buat ditanyain waktu sidang, bisa ditanyain sama ibu ini. Ibu HRD ini juga sangat ramah, sabar, nggak menggurui dan “nggak bikin kita tertekan”. Sometimes, we’re getting nervous then we only told something yang nggak mutu. Tapi ibu HRD tetap menghargai apapun yang keluar dari mulut saya. Hal random yang saya pikirkan saat itu adalah pengen jadi asistennya. Hasil akhir dari tahapan ini, entahlah, saya nggak tahu, karena nggak dapet kabar apa-apa. Mungkin peserta yang lolos sudah dihubungi by phone, sedangkan yang nggak lolos biarkan berlalu.
5.       5. Paragon Technology Indonesia
Atau biasa yang dikenal dengan Wardah Cosmetics. Saya apply melalui jobfair UNDIP. Tesnya dilakukan di Semarang. Tahapan awal, seperti biasa psikotes. Beberapa minggu kemudian diumumkan saya lolos untuk tahapan selanjutnya, yaitu psikotes tahap 2. Psikotes lagi dan lagi-lagi psikotes. Setelah itu, mengambang seperti biasa dan nggak ada kabar lagi.
6.       6. Garudafood
Panggilan psikotes ini juga saya dapatkan dari apply melalui jobfair UNDIP. Dan dari psikotes yang masih tahap pertama ini saya udah nggak lolos, padahal psikotesnya menurut saya biasa aja sih. Jadi saya nggak bisa cerita banyak ya :p
7.       7. Mayora
Panggilan psikotes ini saya dapatkan dari apply melalu jobfair Kompas di Semarang. Semenjak jadi jobseeker, entah sudah berapa jobfair yang saya ikuti. Saya apply untuk posisi Factory Development Program. Nggak kebayang saya bakal jadi anak pabrik seandainya diterima di sini, jadi anak pabrik waktu KP sebulan aja udah ngeluh nggak kuat. Haha. Dan benar setelah psikotes, kemudian lolos untuk interview HRD, saya nggak lolos untuk tahapan selanjutnya yaitu interview user.
8.       8. Yamaha Motor Parts Manufacturing
Perusahaan manufaktur kesekian yang saya lamar. Pabrik lagi dan lagi-lagi pabrik. Apa boleh buat, tuntutan profesi TI memang peluang terbesar di sana. Walaupun semakin lama seiring berjalannya waktu, yang dulunya saya apply posisi Quality Engineering lama-lama berubah menjadi Human Resources Development. Alasannya sederhana. Saya pengen kerja di dalam kantor. Haha. Saya apply melalui dekanat FT UNDIP dan untuk psikotes dilakukan juga di UNDIP. Yang paling saya inget waktu HRD presentasi tentang profil perusahaan adalah hanya sekitar 5% karyawan perusahaan adalah wanita. See? Berapa persen peluang wanita bisa berkarir di situ, dan semakin lama hidup mengajarkan saya, seperti itu adalah memang realistis. Beberapa minggu kemudian diumumkan bahwa saya lolos psikotes dan untuk tahapan selanjutnya, interview HRD dan user harus ke kantor pusat perusahaan (dan pabriknya yang pasti) di Karawang. Pengalaman diwawancarai user dengan tema yang TI banget, seharusnya mudah, tapi you know sometimes, you’re getting nervous suddenly. And you have no idea. Blank banget dan berasa bego jadinya. Sudahlah lupakan..yang utama dan terutama adalah pelajaran dan pengalaman.
9.       9. Bank Rakyat Indonesia Tbk.
First time, saya apply ke bank, lewat jobfair Kompas di Semarang untuk posisi PPS (Program Pengembangan Staf) BRI sejenis ODP atau biasa disebut MT di perusahaan manufaktur. Tahapan pertama seleksi nggak seperti perusahaan manufaktur yang biasa dengan psikotesnya. Untuk bank, tahapan awal adalah interview. HRD kalau nggak salah. FYI, peserta interview bank rapi-rapi banget..udah kayak orang bank beneran. Beda banget waktu interview di perusahaan manufaktur. Rata-rata sudah siap dengan make up, blazer dan heelsnya, mungkin karena kebanyakan peserta dari ilmu sosial udah biasa kali ya berdandan seperti itu..nggak kayak di kampus saya, waktu habis buat ngerjain laporan praktikum (analisis yang sok tau). Bikin ngeper juga karena semua peserta cantik-cantik dan dari penampilannya sudah sangat cocok menurut saya sebagai seorang pegawai bank.
Jadi 5 orang peserta tes langsung dipanggil masuk ke dalam suatu ruangan untuk diinterview HRD, yang sudah cukup senior menurut saya. Kemudian interviewer menanyai kami bergantian, mulai dari tentang perkenalan diri, nilai yang dianut di keluarga, apa yang kamu ketahui tentang bank, BRI, dsb. Cukup singkat interviewnya, mungkin sekitar 15 menit untuk 5 orang. Tengah malam hari langsung diumumkan melalui web peserta yang lolos untuk tahapan selanjutnya untuk psikotes dan tes bahasa Inggris keesokan paginya. Dan pada saat pengumuman itu posisi saya ada di dalam bus, dalam perjalanan ke Karawang untuk interview user perusahaan lain. Yaa life is about choices kan..dan saya memilih melanjutkan perjalanan ke Karawang dibandingkan balik lagi ke Semarang untuk tes BRI tahapan selanjutnya. Ya iyaaalaaaah. Haha.
1   10.   Sayap Mas Utama (Wings Group)
Posisi yang saya apply adalah Supply Chain Management (sesuai yang seharusnya seorang Industrial Engineering kerjakan), tapi lagi-lagi rezeki saya bukan di situ. Setelah psikotes dan interview HRD, langkah saya terhenti.
1    11.  Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (Alfamart)
This first time, I applied for distribution retail company dan saya nggak kebayang di sana saya bisa apa. Saya apply melalui jobfair Unika untuk posisi MT (Management Trainee). Tahapan seleksi pertamanya seperti biasa adalah psikotes. Kemudian bagi yang lolos akan masuk ke tahapan FGD (Focus Group Discussion). Kami dibagi dalam beberapa kelompok, kemudian setiap kelompok diberi suatu kasus dan masing-masing dari kami harus menyampaikan pendapatnya untuk penyelesaian kasus tersebut. Kemudian tiap kelompok harus memberikan kesimpulan berdasar kesepakatan dari seluruh anggota kelompok. Setelah tahapan FGD, langsung diumumkan peserta yang lolos tahapan selanjutnya untuk tahap interview HRD. Hari itu juga peserta yang lolos langsung interview HRD. Beberapa minggu setelah itu, saya mendapat telepon dari HRD yang waktu itu menginterview saya, katanya saya lolos ke tahap interview user. Tetapi, berhubung proses rekruitmen MT yang saya apply baru diproses bulan Maret (waktu itu akhir Desember) saya diberi tawaran interview user untuk posisi Buyer, Merchandising Department. What? Yang saya tahu sebelumnya Cuma Departemen Produksi, Logistik, HRD, RND, Finance atau Sales and Marketing. Waktu saya nanya job descriptionnya apa, katanya berkaitan dengan supplier dan marketing. Oh..saya pikir purchasing, seperti yang banyak diceritakan senior saya di Manufaktur. Dan setelah saya browsing, ada begitu banyak job desc dari buyer sebagai perantara antara pihak internal perusahaan dan pihak eksternal yaitu supplier-supplier yang memasok kebutuhan produk-produk yang akan dijual di minimarket.
Akhirnya dengan berbekal pengetahuan seadanya, berangkatlah saya ke Head Office Perusahaan yang terletak di Tangerang untuk interview user. Sekitar setengah jam saya interview dengan atasan saya langsung, kemudian di menit-menit terakhir ada calon Product Group Manager dan General Manager saya yang ikut menginterview saya. Waktu itu saya lebih tenang sih, dan lebih pasrah tentunya setelah sekian kalinya menjadi interviewee. And who knows? Akhirnya saya dinyatakan diterima, untuk posisi yang sebelumnya bahkan saya belum pernah tahu.
And finally, here I am. Hampir dua bulan di sini, banyak hal yang nggak saya pelajari sebelumnya atau pernah saya pelajari tapi menjadi sedikit berbeda. Sebagai contoh dalam penentuan harga jual. Sebelumnya di kuliah saya belajar juga bagaimana menentukan harga jual, bedanya adalah pada saat kuliah saya menentukan harga jual produk dengan berperan sebagai produsen atau perusahaan manufakturnya. Dimulai dari penentuan harga pokok produksinya yang merupakan total dari direct cost dan overhead cost dari produk tersebut, kemudian dijual dengan menambahkan harga pokok produksi dengan presentase laba yang diinginkan. Sedangkan di sini, peran saya adalah sebagai distributor yang merupakan tangan kedua dari perusahaan manufaktur. Dan masih banyaak lagi hal baru yang saya dapat, termasuk menemukan karakteristik supplier yang cukup banyak dan beraneka ragam. Jadi harus mengeluarkan sisi ilmu sosialnya TI nih. Haha
Dear,  my college friends. I miss you all guys. Saya kangen diskusi soal forecasting, ergonomics, logistic, quality, engineering economics, atau hal-hal TI lainnya (yang dulu kita suka males-malesan ngerjainnya :p). Sekarang udah nggak bisa becandaan lagi pake istilah-istilah di TI karena nggak ada yang “sebidang ilmu” di departemen saya.
Beberapa bulan setelah kelulusan S1 saya hingga hari ini membuat saya belajar begitu banyak hal tentang “perjalanan hidup”. Betapa idealisme seharusnya proporsional dengan sikap yang realistis, I guess. Sometimes, money couldn’t bought anything guys. Saya jadi lebih open minded, setelah saya mengalami sendiri “hal-hal ajaib” dalam selang beberapa waktu ini. Karena ada balasannya bagi setiap kamu, untuk setiap usaha dan doa yang kamu lakukan. You couldn’t  guess God’s plan, dear.

Salam.
Life traveler.