Get me outta here!

Kamis, 26 Juni 2014

Habibie, Tak Boleh Kenal Lelah dan Kalah!

"Habibie, Tak Boleh Kenal Lelah dan Kalah!", kalian-kalian juga yah

Saya adalah satu dari sekian banyak penggemar berat Pak Habibie. Kharismanya, kecerdasannya, kesetiaannya, dan kelebihan-kelebihan yang dimilikinya bikin melting para wanita yang mengenal beliau. Termasuk kamu-kamu sekalian kan. Ngaku aja deh ;p
Sudah banyak buku yang mengulas tuntas seorang Bacharuddin Jusuf Habibie, baik mengenai kehidupannya maupun jejak pemikirannya. Salah satunya adalah buku yang berjudul “Habibie, Tak Boleh Kenal Lelah dan Kalah” karangan Fachmy Casofa. Awalnya saya berniat untuk membeli buku ini sendiri, tetapi berhubung ada seorang teman yang berbaik hati untuk meminjamkan, jadilah anggarannya dialihkan buat beli yang lain saja. Maklum, mahasiswa. Hehee~
Di dalam buku ini sebenarnya tidak banyak diulas mengenai kehidupan pribadi Habibie. Kehidupan Habibie hanya diceritakan secara garis besar saja. Sebagian besar isi buku menampilkan koleksi foto Habibie dan keluarganya, mulai dari Habibie kecil, remaja, hingga pada saat menjabat sebagai presiden. Selain itu yang menarik adalah buku ini dilengkapi dengan 50 gagasan brilian dari Habibie yang diperuntukkan bagi generasi muda Indonesia. Iya, kalian-kalian yang entah sadar atau tidak, adalahanak muda yang kelak dipercaya memegang tongkat estafet perjuangannya. Penerus bangsa dengan segala ide kreatifnya, dengan segala gagasan cerdasnya, dengan segala daya juangnya. untuk Indonesia. Kalau bukan kita, siapa lagi yang peduli pada bangsa sendiri. MERDEKA! *maaf capslock karna kebawa suasana*
BJ Habibie lahir pada 25 Juni 1936 di Pare-Pare, dengan darah campuran Sulawesi-Yogyakarta. Sejak kecil, Habibie sudah menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi terhadap segala hal. Habibie kecil gemar membaca buku-buku yang sarat ilmu untuk menjawab segala pertanyaan yang muncul di kepalanya. Meskipun dari kecil sudah menjadi seorang ‘kutu  buku’, Habibie juga menikmati masa kecilnya dengan bermain layang-layang, kelereng, ataupun berenang. See? Hidup harus tetep balance kan? Hahaha
“Maka, melihat seorang bocah yang sudah gemar membaca buku sarat ilmu padahal teman sebayanya masih berkutat dengan kelereng, tentu kita sudah bisa menebak perbedaan besar apa yang akan terjadi pada mereka kelak. Ah, memanglah sesiapa sejak dini telah bersiap menjadi orang besar, di masa besarnya akan banyak kesempatan baginya untuk membuat perubahan besar!”
Heeem..memang yaa..di mana-mana yang namanya orang besar membangun ‘kebesarannya’ nggak cuma butuh waktu sehari dua hari saja, tapi sejak dari bertahun-tahun lamanya. Berani menjadi beda (dalam konteks hal positif loh ya), bukan cuma biasa tapi luar biasa. Jadi, buat yang masih suka berleha-leha nggak karuan, lakukan perubahan segera selagi masih ada kesempatan *oke, ini saya lagi selftalk*
Masa SMP dan SMA Habibie dihabiskannya di kota Bandung, kota tempat pertama kali beliau mengenal Hasri Ainun Besari. Selepas SMA, Habibie melanjutkan pendidikannya di ITB sesuai dengan cita-citanya sedari kecil yang ingin menjadi insinyur. Namun, baru 6 bulan menempuh pendidikan di sana, beliau melanjutkan kuliahnya ke Aachen, Jerman dengan jurusan Konstruksi Pesawat Terbang. Pada  usia 23 tahun beliau sudah berhasil menyelesaikan pendidikannya dengan gelar Diplom Ingenieur (S2) dengan predikat nilai magna cumlaude. Usai menamatkan pendidikannya, Habibie lantas bekerja di Jerman. Pada suatu kesempatan, ketika Habibie pulang ke tanah air, takdir mempertemukan beliau kembali dengan Ainun, teman masa SMA yang sempat ditaksirnya. Saat itu Habibie yakin bahwa Ainun adalah jodohnya. After some years, they’ve chosen their own life. Separated by miles to miles, but love always have its  way for coming back. Dia tahu kepada siapa harus berpulang pada waktu yang tepat. Ini yang namanya kalau jodoh nggak ke mana. Hahaha
Hal yang paling membahagiakan perihal cinta yang sebenarnya adalah ketika keyakinan dan kesiapan dipertemukan. Komitmen bukan hanya janji pada kata antara dia dan kamu saja, melainkantak gentarberikrar disaksikan orangtua dan Allah SWT. Bukan hanya bahagia, tapi juga diberkati dengan limpahan penuh pahala. Duuh #jleeeb #bisabangetsayangomongnya #inimasihteori #akurapopo
Setelah menikah, Habibie dan Ainun tinggal di Jerman karena Habibie harus meneruskan kuliah doktoralnya. Setelah cukup lama tinggal di Jerman dan membangun kariernya di sana, Habibie dan keluarganya pulang ke Indonesia, tentunya dengan semangat dan bekal yang sudah disiapkannya untuk membangun tanah air tercinta.
Beberapa dari 50 gagasan brilian Habibie yang cukup ngena di saya, di antaranya :

  1.          “Karakter terbentuk dalam proses pembudayaan yang dibina oleh keluarga pada umumnya, khususnya Ibu. Oleh karena itu, Ibu harus diberi kemampuan dan kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dalam membesarkan anak sejak lahir sampai selesai pendidikan sesuai karakter, bakat, dan pembawaannya untuk menjadi terampil, produktif, dan bertanggung jawab” I couldn’t agree more Pak! Saya sepakat. Setiap individu lahir, tumbuh, dan berkembang berawal dari keluarganya. Jadi yang membentuk pribadi anak mau diarahkan ke hal positif atau mau nyasar ke hal negatif adalah keluarga. Sebagai orangtua harus pintar-pintar mendidik anak-anaknya (bukan hanya mengajar saja). Saya percaya, keberhasilan anak adalah buah kerja keras orangtuanya juga yang sudah ‘memolesnya’ sedemikian rupa sehingga menjadi putra putri kebanggan mereka. Ibu sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya, dengan apapun profesinya nanti harus mau dan mampu memperkaya diri dengan pengetahuan, dengan pendidikan. You teach a man, you teach a man. You teach a woman, you build a generation.Buat semua ibu dan calon ibu, noted yaa!
  2.     “Apa yang membuat saya begitu mencintai Indonesia, sehingga berani meninggalkan karier di Jerman adalah karena proses pembudayaan yang diberikan oleh orangtua saya dan keyakinan bahwa jikalau bukan “anak bangsa” yang membangun Indonesia sesuai UUD, jangan harapkan orang lain membangunnya!” Nah, ini juga hasil didikan dari keluarga. Sedari kecil Habibie sudah dibesarkan dalam keluarga yang mencintai tanah air mereka. Habibie sadar, potensi yang beliau miliki, perjuangannya menimba ilmu bertahun-tahun hingga negeri seberang, tak lain adalah untuk membangun kembali negara tercintanya.
  3.        “Cita-cita saya sejak kecil ialah menjadi ‘ahli rekayasa bidang teknik’ atau juga dikenal sebagai insinyur. Mengetahui dan memiliki cita-cita sejak dini amat penting, karena dapat menjadi semangat pendorong dan yang mengarahkan pencapaian cita-cita tersebut” Yes. Hidup akan menjadi lebih terarah kalau kita punya tujuan. Mau ke mana kita setelah ini? Lalu jika sudah begini mau apalagi? Dan seterusnya, dan seterusnya. Saya termasuk yang nggak setuju sama filosofi ‘hidup mengalir aja kayak air’ Air kan mengalirnya ke bawah, terus? Hahaha. No offense yaa..tiap orang punya pegangan hidup sendiri-sendiri. Tapi buat saya, dengan adanya tujuan, hidup jadi lebih indah dan bergairah. Hahaha. Walaupun harus jatuh bangun dan kadang takdir Tuhan nggak sesuai sama rencana kita. Selama masih ada kesempatan memperjuangkan, ya kenapa enggak? Kadang langkah kita memang harus terseok-seok dulu, sebelum akhirnya Tuhan berkata ‘iya’ setelah melihat kesungguhan kita.
  4.     “Syarat sebuah Negara untuk menjadi besar, berdikari, dan kukuh, adalah jika dapat mengandalkan pada sumber daya manusia yang merdeka, bebas, bertanggung jawab, terampil, bekerja produktif, berdaya saing besar, dan berbudaya” Jadi, yang perlu dibangun terlebih dahulu adalah manusianya. Kalau berdasarkan kuliah-kuliah nih yaa..negara kita ini merupakan system yang terdiri dari komponen-komponen yang saling beraksi dan berinteraksi di dalamnya untuk mencapai tujuan bersama. Komponennya adalah manusia-manusia Indonesia itu sendiri. Untuk pencapaian yang luar biasa, bergantung pada bagaimana komponen-komponen di dalamnya. Kalau kualitas masing-masing individu menjadi lebih baik lagi, kemudian saling bersinergi, yang terjadi adalah...saya jadi inget kalimat yang dikatakan dosen pada sebuah kuliah, “The whole is more than sum of the parts –Aristotle.”Pencapaian yang dihasilkan dari sinergi ini tidak hanya sekadar ‘akibat’ penjumlahan dari masing-masing komponennya, tapi lebih dari itu. Bangun manusia-manusianya, maka hasilnya adalah Indonesia yang luar biasa :) Sayangnya, menurut Habibie, Indonesia justru mengandalkan pada kekayaan sumber daya alam bukan pada kemampuan sumber daya manusia. Padahal alam akan habis dieksplorasi pada masanya. Sedangkan manusia? Kita dianugrahi Tuhan dengan akal dan pikiran yang takkan pernah habis untuk dieksplor terus menerus.
Indonesia,  you have to find somebody else like Bacharuddin Jusuf Habibie and I’m sure, there are many ‘Habibie-Habibie’ who always keep studying, trying, praying, and fightingfor their better country.They convinced me that you’ll be great someday. Oh no, I mean you’ll be greater soon.  Mari bersama-sama membanggakan Indonesia dengan jalan dan cara masing-masingdi bidangnya. Salam inspirasi dan sukses selalu :)

Yogyakarta, 25 Juni 2014
ditulis pada ulangtahun Habibie yang ke-78
Selamat ulangtahun Bapak kebanggan Indonesia :)
Keep spirit, keep inspiring. Semoga tekad dan semangat juang yang tinggi, mengalir juga pada kami, penerus bumi pertiwi.

0 komentar: