Melunasi Janji Kemerdekaan |
Awalnya saya merasa nasionalisme itu hanya ada di dalam
televisi atau di dalam cerita buku sejarah saja. Tetapi ternyata tidak, ketika
saya membaca biografi Anies Baswedan, “Melunasi Janji Kemerdekaan”. Saya
merinding, darah nasionalisme saya mendadak seakan bergejolak. Ini bukannya
berlebihan. Tapi nyatanya semangat memerdekakan Indonesia seutuhnya dari Pak
Anies menjadi benar-benar dirasakan.
Buku ini sebenarnya sudah lama ingin saya beli. Sayangnya
mungkin karena keinginan yang “kurang sungguh-sungguh” saya tidak secara khusus
menyempatkan waktu ke toko buku untuk membelinya. Akhirnya, kunjungan nggak
sengaja malam itu ke Toga Mas membuat saya tanpa pikir panjang langsung membawa
pulang buku karya Muhammad Husnil ini, tentunya dengan membayarnya terlebih
dahulu ke kasir. Hehe. Buku seharga Rp. 60.000 dengan diskon 15%, harganya tak
seberapalah dengan segala yang saya dapat setelah membacanya.
Saya kagum dengan pak Anies, sama kagumnya saya akan kecerdasan
Pak Habibie atau ke-charming-an Pak
Gita Wirjawan *ehh. Saya pertama kali mendengar nama Anies Baswedan sekitar awal
tahun 2012 pada saat masih menjadi mahasiswa tingkat akhir di Semarang *mungkin
bisa dibilang telat juga ya. Tapi tak apa daripada tak tahu dan tak mau tahu
sama sekali* Saya hanya mengetahui beliau sebagai seorang rektor Universitas
Paramadina dan penggagas Gerakan Indonesia Mengajar yang sedang booming-boomingnya. Tapi pada saat itu
entah mungkin belum terlalu terlalu tertarik atau karena masih sibuk dengan skripsi,
saya tidak benar-benar mencari tahu siapa beliau. Baru pada pertengahan tahun
2013, rasa penasaran saya yang cukup tinggi mengantarkan saya pada jawaban dari
pertanyaan kenapa Anies Baswedan menjadi sangat popular terutama di kalangan
muda. Entah benar atau tidak, tapi setahu saya di Indonesia baru Anies Baswedan
yang mampu menggerakkan hati kalangan muda-mudi di Indonesia yang identik
dengan skeptis dan apatis terhadap negaranya menjadi bersedia untuk turun
tangan, tidak sekadar urun angan. Melalui Gerakan Indonesia Mengajar, Kelas
Inspirasi, maupun Indonesia Menyala, Pak Anies berhasil merangkul dan
meyakinkan generasi muda Indonesia untuk berpartisipasi melakukan suatu
kehormatan bukan pengorbanan dalam membangun bangsanya. Menurutnya, lebih
baik menyalakan lilin daripada hanya sekadar mengutuk kegelapan.
Buku ini menceritakan kehidupan Anies Baswedan, dari kecil
hingga kini dengan narasumber keluarga dan teman dekat pak Anies, selain Anies
Baswedan sendiri tentunya. Anies Baswedan sedari kecil sudah terlihat memiliki
bibit-bibit kepemimpinan dan menurut saya, beliau sudah terlihat akan menjadi
seorang yang luar biasa suatu hari nanti. Beliau menghabiskan masa kecil dan
mengenyam pendidikan hingga S1 di Yogyakarta. Semasa kanak-kanak, sekolah
hingga kuliah, beliau cukup aktif dan menonjol di antara teman-temannya.
Walaupun bukan merupakan murid terpintar
di sekolah, bahkan sempat gagal masuk ke SMA idamannya karena NEMnya tidak
mencukupi, tapi prestasi yang berhasil diraih beliau cukup luar biasa.
Kemampuan berorganisasinya jangan ditanya lagi. Ketika SMP dan SMA beliau aktif
di OSIS sekolah, sempat pula pada saat SMA menjalani pertukaran pelajar selama
satu tahun di Amerika Serikat yang diselenggarakan oleh AFS. Pada saat kelas 3
SMA Anies Baswedan juga bergabung di TVRI Yogyakarta, dalam acara Tanah
Merdeka. Sedangkan masa kuliahnya pun diisi dengan aktif pada organisasi
kemahasiswaan di kampusnya, Universitas Gadjah Mada. Anies Baswedan menjabat
sebagai Ketua Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi. Saya sendiri belum pernah menemui
secara nyata sosok mahasiswa dengan kiprah seperti beliau, sebagai aktivis
mahasiswa yang cerdas dan berani. Dalam kehidupan saya sebagai mahasiswa, saya
sih jauh banget dari situ, hahaha.
Beliau dengan terang-terangan berani mengkritisasi pemerintah, tetapi
dengan bahasa yang lugas dan santun, tidak seperti demo bakar-bakaran
mahasiswa-mahasiswa urakan yang akhir-akhir ini sering saya tonton di TV. Pliiiss ya kalian teman-teman mahasiswa,
kalau kalian nggak bisa ikut memecahkan masalah setidaknya kalian jangan
nambah-nambahin masalah dengan menyusahkan orang-orang yang nggak bersalah.
Anies Baswedan tidak hanya mengkritisasi, tetapi juga mampu
menawarkan ide-ide solutif yang cerdas serta yang paling penting realisasinya
gaeeess!! Salut! Selain dengan seabrek aktivitasnya di luar sekadar kuliah
saja, beliau juga berhasil mendapatkan beasiswa Japan Airlines (JAL) Foundation
melalui memenangkan kompetisi esai mengenai Lingkungan dan Pembangunan. Selama
menjalani kuliah master dan doktoral di Amerika Serikat-pun Anies Baswedan
masih sering memantau perkembangan tanah air melalui teman-temannya dan
sesekali mengirimkan tulisannya ke beberapa surat kabar Indonesia. Untuk
menambah peghasilan selama hidup di negeri orang karena tak bisa sepenuhnya
menggantungkan diri pada beasiswa, beliau pun tak segan bekerja sebagai asisten
peneliti laboratorium yang bertugas membersihkan tempat ulat yang diteliti
setiap harinya. Fiuuh...padahal mungkin kalau Pak Anies memutuskan bekerja,
bukan melanjutkan kuliahnya, penghasilan yang didapatkan pasti cukup besar.
Tidak perlu berhemat dan mengencangkan ikat pinggang. Tapi begitulah..demi
belajar, nggak ada lagi yang namanya berorientasi materi.
Pak Anies..balanced
banget sih pak hidupnya..kasih saya tipsnya dong pak ;) Kata beliau, “IPK tinggi hanya mengantarkan sesorang
sampai wawancara kerja, kepempimpinan dan karakterlah yang mengantarkannya ke
gerbang kesuksesan” Setuju pak!! Intelektual itu penting, tapi sikap lebih
penting!
Satu hal yang paling-paling bikin saya nggak bisa nggak
setuju alias saya merasa sepemikiran banget sama beliau adalah tentang kriteria
Pak Anies dalam hal pekerjaan, yaitu memungkinkan secara intelektual tumbuh, bisa
menjalankan tanggungjawab sebagai ayah dan suami dengan baik, serta mampu
meberi pengaruh sosial yang baik kepada lingkungannya. Duuh pak, saya
setuju bangeeet, itu bener-bener merangkum cita-cita saya bangeeet pak,
tentunya dengan mengubah kata suami dan ayah menjadi istri dan ibu. Hehehe. Oh
ya pak, yang kayak pak Anies gitu ready
stock nggak ya pak? Saya mau satu dong pak ;p
Sekarang beliau berprofesi sebagai seorang tenaga pendidik,
profesi yang memenuhi tiga kriteria yang diinginkannya dalam pekerjaan. Mendidik
adalah tanggung jawab dari setiap orang yang terdidik. Beliau mencoba
menularkan semangatnya kepada kita semua, kepada kalangan muda, kepada pemilik
kaki-kaki gesit yang beliau rasa mampu meneruskan langkah perjuangannya untuk
melunasi janji kemerdekaan. Bahwa keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia perlu
segera ditegakkan. Lewat jalan pendidikan, Anies Baswedan melakukan berbagai
upaya untuk mewujudkannya, memberi jalan keadilan beruoa perhatian terhadap
pemerataan dunia pendidikan di Indonesia. “Manusia yang terdidik dan tercerahkan
adalah kunci untuk mempercepat pelunasan janji kemerdekaan kita”
Mata saya menjadi sedikit terbuka, apalah arti menjadi apatis
dan tak peduli. Walaupun tak banyak tahu soal politik..tapi saya pikir ini
bukan perkara politik. Untuk berbuat sesuatu tak harus menunggu jadi presiden
dulu bukan? Satu dari kita mungkin hanya
bisa menyalakan satu lilin saja, tapi ketika ada banyak yang bersedia turun
tangan, bukan tak mungkin untuk membuat Indonesia bercahaya lebih dari lainnya.
Sekecil apapun kebaikan yang dilakukan,
setiap dari kita pasti memiliki peran. Sebab sesuatu tidak harus selalu dimulai
dari hal-hal yang besar. Mengubah manusia Indonesia itu sesungguhnya
mengubah Indonesia
Salam
inspirasi dan sukses selalu! :)
0 komentar:
Posting Komentar