Setelah lulus itu freedom
katanya. Iyalah, freedom dari
tugas-tugas kuliah, praktikum, ngejar-ngejar dosen buat bimbingan, dan semua
hal berbau kampus lainnya, yang kalo diinget-inget pas jaman dulu rasanya
riweuh bgt. Dan setelah kebebasan itu, mari bersama-sama mengucapkan selamat
datang kerasnya dunia dan persaingan yang sebenarnya. Saya 21 tahun dan hampir
22 tahun. Fresh graduate, dan saya
sekarang berada di posisi transisi, antara lulus dan bekerja. Guess what? alusnya sih status saya jobseeker gitu. Haha. Posisi peralihan gini,
serba sulit yaa..ketika saya harus ngisi form data diri untuk keperluan skck dan
surat bebas napza, di situ tertulis status. Rasa-rasanya gimana gituu, masa iya mau ditulis
jobseeker, atau yang frontal pengangguran (sementara). Sayangnya status kayak begituan nggak diakuin,
akhirnya saya cuma
kasih strip aja di isian itu, atau bisa dibilang nggak punya status.
Setelah lulus itu..rasanya maraton abis (menurut saya). Setelah
sidang selesai kemarin, saya langsung dikejar deadline revisi buat pendaftaran wisuda. Oke, ini karena jadwal
sidang yang terlalu mepet sama deadline
sidang terakhir sih. Sekadar tips aja, do
your final project as soon as
possible, meski deadline
pendaftaran sidang masih lama. Jadi nggak perlu ribet cari jadwal sidang, yang
akhirnya malah jadi tumpuk-tumpukan schedulenya, terus dikejar deadline
pendaftaran wisuda. Padahal perasaan saya udah sangat rutin melakukan
"continous improvement" walaupun itu sekadar mempercantik tatanan
kata, yang penting ada progress tiap waktunya *curhatan*. Seenggaknya kalian punya waktu
bernafas dan santai lebih lama sambil nunggu wisuda. Kalo wisuda yang sakral
itu udah selesai, welcome to the jungle
for higher level. Keluar dari mulut singa masuk ke mulut buaya. Fiuuuh.
Setelah masalah administrasi di kampus beres, lagi-lagi saya dikejar
waktu, ngurus segala macem persyaratan buat nglamar kerja (selain cari-cari
keperluan wisuda, yg nggak terlalu penting dibahas), yang ternyata lumayan
menguras waktu, tenaga, dan materi tentunya. Mulai dari ngurus SKCK yang harus
diurus dari tingkat RT sampe polres, NAPZA, tes TOEFL, sampe fotokopi
berkas-berkas segala macem. Actually, i
want to refresh my mind for a while by didnt do anything like applied for many
jobs -_- Tapi, tapi ketika semua kebanyakan orang berduyun-duyun apply ke macem-macem perusahaan dan
ditambah lagi entah mengapa waktu-waktu ini ada banyaaak sekali lowongan
kerjaan, saya jadi tergerak untuk mengikutinya. Honestly, i'm afraid of being unemployment for long time. Masa transisi itu
keliatannya enak, tapi pikirannya ke mana-mana, capek. Lebai sih. haha
Ngomong-ngomong soal job vacancy yang saya lamar, berhubung
saya "orang baru" semua-semua jadi saya daftarin. Kalap. Setelah saya baca
ringkasan job description di posisi tertentu, kalo feeling saya oke,langsung
saya apply. Haha. Kalau ditanya
emangnya saya ga punya kriteria tertentu buat job yang pengen saya ambil. Ada
sih, saya pengen kerja dengan nyaman, salary yang berkecukupan (nggak hrs besar
maksudnya), domisili Jogja. Any idea?
Nope. Yes, simple. And mission
impossible. End. Bodoh memang, setelah saya coba browsing ternyata di area itu minim sekali peluang kerja teknik
industri. Semua lowongan willing to be
located in cikarang, karawang, bla3x. Previously,
i never had a desire to live in
around Jakarta. Kenapa? Crowded. Itu sudah cukup mewakili banyak
poin-poin yang mengikutinya menurut saya. And
finally, wherever i'll get a job, it was not an coincidence. God has a best plan for me.
Dan poin penting yang saya dapet selama bertahun-tahun selama
pencarian jati diri ini. Tsaaah. Saya baru sadar betapa payahnya kepercayaan
diri saya. Batasan masalahnya dalam hal kemampuan diri. Sometimes, i think what it will be if
i can’t work as well as they hope. Apalagi kalo posisinya sejenisnya Management Trainee yang kata orang prospek kerjanya cerah,
"secerah" pressure dan tuntutan yang harus dihadapi. Kalo seketika
kreativitas saya mampet, dan voilaa, apa jadinya project yang harus diselesaikan. Atau kalo kecepatan berpikir saya
nggak bisa ngejar kecepatan berpikir mereka. Apalagi di perusahaan-perusahaan asing yang kebanyakan
teman-teman saya pengen banget bisa bergabung di dalamnya, rasanya saya justru
jiper. Moreover, one of my friend in SHS had to work there, and he was so brilliant i think. Saya
takut nggak bisa ngikutin ritme kerja mereka. Good. Sekali ketahuan satu kekurangan diri saya, menyebabkan
komplikasi kekurangan-kekurangan lainnya.
Ibu saya pernah nanya, "kamu nggak pengen jadi staf pengajar
?". Lagi-lagi saya merasa kurang pede untuk mampu mengusai materi. Rasanya
ilmunya masih kurang banyak gitu. Dulu waktu sesi interview
sama interviewer yang seorang HRD,
beliau juga nanya begitu, dan saya jawab, "saya merasa nggak begitu pintar
menerangkan materi ke orang lain pak", dan kata beliau sambil ngebaca
catatannya "nggak ada masalah kok sama hal itu"
Oh meeeen, saya tahu kok
yang bagus itu rendah hati bukan rendah diri. Tapi entah kenapa saya ngrasa
sering nggak pede sama kemampuan diri saya. Walaupun ada banyak catatan kekurangan di diri
saya yang amat sangat perlu diperhatikan, saya juga punya beberapa kelebihan
yang berperan besar untuk meminimalisir atau bahkan sedikit demi sedikit
menghilangkan kekurangan saya. Tanggungjawab yang saya miliki selalu
mengantarkan segala yang diamanahkan untuk dikerjakan sampai SELESAI dengan
baik.
Karena Allah itu maha adil kan :)