Setelah Kiana berusia 2 tahun lebih, akhirnya memutuskan untuk menuliskan review dokter anak di Jogja (padahal niat nulisnya udah lama bgt..sekarang berbekal sisa-sisa aingatan aja 😐).
Kiana lahir di Semarang dan baru pindah ke Jogja setelah usia sekitar 2 bulanan. Jadi pas awal2 di Jogja, untuk vaksin ke dokter anak mau pilih ke dokter siapa, modalnya browsing-browsing, nanya-nanya, dan nyocokin jadwal aja. Berikut beberapa dokter anak di Jogja yang sudah pernah Kiana kunjungi:
- dr. Lubaid, Sp. A. Karena pertimbanganan kenyamanan soalnya bawa anak bayik, vaksin pertama Kiana semenjak di Jogja dilakukan di RS. JIH. Waktu itu nanya-nanya ke temen untuk rekomendasi dokter anak dan lihat-lihat jadwal di JIH. Akhirnya kami memutuskan untuk vaksin ke dr. Lubaid. Enak sih waktu itu jadwalnya, sabtu atau minggu pagi gitu. Waktu vaksin, kiana digendong gitu terus dinyanyiin sholawat. Daaan yg menjadi concern saat itu, berat badan Kiana yang belum mencapai ideal sesuai grafik. Kata dokternya, emaknya harus makan banyak, nggak boleh stres, kalau Kiana ditinggal harus disedain ASI sekian cc dsb dsb. Sedih gak sih...huhuu. Waktu itu Kiana memang masih sering gumoh gitu kalau kebanyakan minum. Lupa berapa kali vaksin ke dr Lubaid, tapi yg berkesan waktu Kiana vaksin untuk rotavirus. Waktu itu dipesenin perawatnya kalau mau minum ASI jangan mepet-mepet pas mau masuk ke ruangan, karena vaksinnya kan ditetes..takutnya kalau perut bayinya penuh nanti muntah. Baiklah.. Karena waktu itu antrian Kiana masih jauh dan dia haus..minumlah dia. Pas lagi di nursery room tiba-tiba dipanggil perawat untuk masuk ruangan, karena pasien-pasien antrian sebelumnya pada belum datang. Voilaa..bener kaan pas divaksin gumohnya Kiana keluar. Wkwkwk. Kata dokter gapapa, vaksinnya udah masuk..dan tentu saja gumoh Kiana kena dokter. Padahal dr. Lubaid udah rapih pake batik lengan panjang karena habis itu mau kondangan. Maafkan kiana ya dok 😝
- dr. Roni Naning, Sp. A(K). Vaksin dengan dr. Roni Naning ini juga di JIH. Kalau baca-baca di forum emak-emak dr. Roni Naning ini juga DSA yg recommended karena kan sudah DSA konsultan juga. Tetapi berhubung Kiana cuma untuk vaksin jadi ya biasa aja.. Ternyata setelah baca-baca lagi recommended untuk menangani kasus-kasus yang berkaitan dengan saluran pernafasan anak. Jadi memang pilih dokter harusnya disesuaikan dengan tujuannya ya.
- dr. Nurlaili Muzayyanah, Sp. A. dr. Nurlaili ini sebenarnya juga praktek di JIH, tetapi Kiana vaksin dan konsul ke kliniknya di rumah, di daerah Palagan deket ringroad utara. Pertimbangan akhirnya vaksin ke klinik adalah karena waktu dulu Kiana vaksin di JIH, walaupun ruang tunggunya nyaman tapi antrinya lumayan lama (walaupun bisa dipantau lewat aplikasi antrian online sih). Dan waktu itu Kiana sempet kena flu karena ketularan waktu nungguin giliran vaksin. Dulu jadwal vaksin dan jadwal periksa sakit dijadiin satu, tapi gatau kalau sekarang. Akhirnya kami putuskan untuk vaksin ke klinik aja. Kalau dulu utk vaksin harus reservasi dulu lewat wasapp, supaya vaksinnya dibawakan..karena ga selalu ready di klinik. Di dr. Nurlaili ini Kiana beberapa kali dikasih suplemen zat besi dan makanan, Feris dan Zamel. Lagi-lagi karena BBnya sereet. Sampai hopeless mamak. Sempet juga di mukanya ada putih-putih gitu kayak panu, kata dr Nurlaili itu jamur terus dikasih salep yg murah meriah..lama-lama ilang, tapi memang butuh waktu sih. Tapi terus kapan itu tiba-tiba muncul lagi. Alhamdulillah semakin besar udah ilang deh jamurnya.
- dr. Ade Indrisari, M.Kes., Sp.A. Karena jarak dari rumah kontrakan ke klinik dr. Nurlaili lumayan jauh (walaupun ga jauh-jauh banget) dan jadwalnya sore-sore hampir malam akhirnya kami coba cari yang deket-deket aja. Ternyata di deket rumah kontrakan ada praktek dokter anak di klinik Amanah.. Lokasinya di deket Tugu persis, eyecatching banget tapi kami nggak ngeh. Dokter anak yg praktek di situ dr. Ade, ruang prakteknya luas, udah kayak playground gitu. Ada rumah-rumahan, perosotan, banyak mainan lucu-lucu. Tapi tetep aja setiap divaksin Kiana nangis 😆 Antriannya gak sebanyak di JIH tapi tetep lebih rame dibanding di dr. Nurlaili, karena lokasinya yg strategis banget kali ya. dr. Ade ini walaupun kita cuma vaksin biasa tetep dijelasin detil vaksin ini gunanya apa, kenapa harus vaksin ini, dan bisa konsul juga yg lebih agak panjang daripada kalau di RS, wkwkwk. dr. Ade ini juga modis abis gaes, stylenya sporty gitu..dan ternyata aktif di youtube juga 😉 Semenjak pandemi covid 19, dr. Ade buka layanan vaksin di rumah, yg bisa dilakukan lewat drivethru juga. Tapi lokasi rumah dr. Ade yg mirip Buckingham Palace itu lokasinya nan jauh di utara sana. Apalagi awal pandemi Kiana mulai pindah ke Bantul jadi makin nggak bisa menjangkau sampai sana. Akhirnya semenjak pindah rumah, Kiana rutin vaksin pakai layanan homevisit klinik vaksin Raisha, Sewon. Selain karena bingung mau vaksin di mana yg deket rumah, kayaknya lebih aman pakai layanan ini. Jadi sistemnya dokter akan datang berkunjung ke rumah untuk vaksin anak, tp dokternya dokter umum ya gaes. Sebetulnya sebelumnya Kiana udah pernah nyobain vaksin di klinik vaksin Raisha pusat yg deket rumah kontrakan dulu, di daerah monjali deket RS Sakina Idaman. Waktu itu mikirnya karna pas pandemi lebih aman ke tempat yg khusus vaksin aja. Tapi ternyata malah rame banget 😅 Kalau di sana ada DSAnya juga, jadi masih bisa konsul-konsul dikit..lagi-lagi tentang BB yg seret 😔
- dr. Dian Kesumapramudya N, M.Sc., Sp.A., Ph.D. Awal mula ke tahu dr. Dian ini dari dokter vaksinnya Kiana yang dateng ke rumah. Jadi sy sempet curhat soal BB Kiana yang seret..dan usia Kiana yg udah 2 tahun tapi sy ngerasa kemampuan bicaranya belum sesuai milestone anak seusianya. Walaupun banyak juga yg bilang gapapa, masih usia segitu.. tapi rasanya emak merasa bersalah banget kalau nggak bawa Kiana konsul ke dokter tumbuh kembang. Mana berasa ngganjelnya sebenernya udah lama banget, tapi karna pandemi akhirnya tertunda terus. Long story short, karena masih ragu ke rumah sakit akibat pandemi akhirnya kami bawa Kiana ke psikolog. Waktu itu Kiana diobservasi dulu sekitar 30 menit, padahal katanya biasanya sampai 1 jam, mungkin karna lagi pandemi kali ya. Dari hasil observasi, kata psikolog fokus atau konsentrasi Kiana untuk anak seusianya kurang. Akibatnya informasi yang dia terima setengah-setengah. Kemampuannya untuk mengikuti instruksi jadinya juga setengah-setengah. Akhirnya itu yang bikin dia terlambat bicara. Sarannya adalah terapi perilaku terintegrasi dulu supaya fokusnya bagus. Waktu itu saya sebenernya agak curiga apakah ada masalah di medisnya atau apa ya istilahnya..karna Kiana suka makan diemut (walau sekarang udah ga terlalu lagi sih). Kalau baca-baca di internet katanya ada gangguan oromotor gitu. Tapi karna ke psikolog ya..jadi ya nggak bisa lihat sampai ke situ. Akhirnya keputusannya ya tetep harus konsul ke DSA tumbuh kembang. Dokter vaksinnya Kiana cerita kalau keponakannya mengalami speech delay, terus berobat ke Prof. Sunartini, yang juga dosen UGM dan..memang terkenal banget di Jogja. Selain di RS, praktek juga di klinik daerah Kotagede. Beliau Sp. A(K) yang sering menangani masalah syaraf pada anak, pasiennya banyak sampai dari luar kota. Akhirnya saya kontak ke pendaftarannya untuk konsul Kiana..sayangnya ternyata selama pandemi Prof. Sunartini cuma menerima konsul secara online. Jadi maju mundur akhirnya..kayaknya kalau baru konsul pertama tapi online itu rasanya gimana gitu. Terus dokter vaksinnya Kiana ceritalah kalau sekarang keponakannya yang masih terapi rutin itu ditangani dr. Dian keponakan Prof. Sunartini. dr. Dian ini bidangnya mirip-mirip Prof. Sunartini, prakteknya juga di klinik yang sama. Cusslah daftar dr. Dian..semoga nggak harus online konsulnya. Alhamdulillah bisa konsul langsung. Sampai tempat periksa dan pas dipanggil ke ruangan...Kiana nggak mau masuk dong... Padahal sebelumnya happy2 aja di tempat periksa. Akhirnya digendonglah secara paksa..di dalam ruangan Kiana cuma diem sambil menenggelamkan kepala di pelukan emaknya 😂 Saya dan suami diwawancara panjang lebar dulu sebelum pemeriksaan, ditanya keluhan, sampai ke riwayat kehamilan dan persalinan. Setelah itu diperiksalah bagian punggung, tulang belakang, kaki, tangan Kiana. Diagnosa dr. Dian adalah hipertonus dan speech delay. Jadi waktu dicek, punggung Kiana katanya kaku-kaku gitu. Kemungkinan besar disebabkan waktu persalinan sy butuh waktu sampai satu jam untuk mengejan, yang membuat Kiana 'kecepit' cukup lama. Dari situ ternyata dampaknya bisa sampai ke mana-mana..termasuk ke fokusnya Kiana yg akhirnya membuat dia terlambat bicara. Berkaitan fokus sampai ke terlambat bicara sebenarnya penjelasannya mirip dgn psikolog yang sudah pernah kami datangi...nah tapi..hipertonusnya kan nggak ketahuan 😔 Hipertonus ini yang bikin Kiana suka bobok tengkurep, karna posisi tidur nyamannya dia jadi seperti itu. Ternyata ngaruh juga ke sensoriknya, anaknya jadi lebih sensitif, termasuk ngerasain soal makanan..yg bikin dia jadi susah makan 😩Btw, konsul dgn dr. Dian ini sampai sekitar 30menitan lebih ada kali..baru kali ini bisa konsul lama ke dokter, wkwk. Mungkin karna pasien terakhir ya, jadi nggak diburu-buru. Akhirnya dari dr. Dian menyarankan untuk fisioterapi untuk benerin otot2nya dulu..sekalian dilanjut sama terapi okupasi untuk nglatih fokusnya. Setelah itu baru masuk ke terapi wicara, karena di terapi wicara perlu fokus yang sudah baik dari anak. Dari fisioterapi dan terapi okupasi yang sudah berjalan..saya baru ngeh kalau keseimbangan Kiana masih kurang baik, cara jalan dan larinya masih sering jatuh2 untuk anak seusianya, naik turun tangga harusnya kaki udah bisa gantian tp Kiana blm, termasuk bosenan sama mainan. Selama ini masih saya maklumi..ah masih umur segitu 😢 Kalau dari keterangan terapis, usia 2 tahun paling nggak sudah mau bertahan duduk manis di kursi minimal 15 menit😅
Bismillah..sekarang Kiana sedang ikhtiar untuk fisioterapi dan terapi okupasi dulu, nggak lupa juga berdoa semoga diberi kesembuhan oleh Allah SWT. Semoga Allah SWT ridhoi dan lancarkan ikhtiar kami. Aamiin